Warga yang mendemo tindakan keras polisi dan menewaskan Nahel. Foto: AFP
Warga yang mendemo tindakan keras polisi dan menewaskan Nahel. Foto: AFP

Prancis Periksa Polisi Penembak Mati Remaja saat Razia Lalu Lintas

Medcom • 30 Juni 2023 11:21
Paris: Seorang aparat kepolisian Prancis tengah diperiksa akibat menembak seorang remaja berusia 17 tahun hingga tewas. Ia ditahan dan diperiksa setelah kejadian penembakan mematikan itu memicu kemarahan publik hingga kerusuhan.
 
Ribuan orang turut serta dalam pawai peringatan pada hari Kamis kemarin untuk menuntut keadilan bagi Nahel, remaja yang ditembak mati pada hari Selasa oleh polisi saat pemeriksaan lalu lintas di Nanterre. Protes pun berakhir dengan polisi menembakkan gas air mata dan beberapa mobil dibara.
 
Remaja tersebut ditembak karena disebut mencoba melarikan diri dari pemeriksaan lalu lintas. Saat itu, polisi sedang mencoba menghentikan kendaraannya karena dinilai telah melanggar beberapa peraturan lalu lintas. 

Prancis Periksa Polisi Penembak Mati Remaja saat Razia Lalu Lintas
Kerusuhan di Prancis usai penembakan remaja. Foto: AFP
 
Jaksa Nanterre Pascal Prache mengatakan bahwa penyelidikan awal menunjukan "kondisi untuk penggunaan senjata secara legal tidak terpenuhi" dalam kasus penembakan itu. Polisi tersebut pun diduga melakukan penembakan dalam kondisi yang tak terancam. 
 
Saat ini, petugas polisi itu telah ditempatkan dalam penahanan sementara. Terlebih, ia juga diperiksa di bawah penyelidikan formal.
 
Berdasarkan hukum Prancis, penyelidikan formal menandakan bahwa hakim investigasi memiliki alasan yang kuat untuk mencurigai adanya kesalahan atau kelalaian yang dilakukan polisi. Namun, prosesnya masih membutuhkan penyelidikan lebih lanjut sebelum diputuskan untuk mengirim kasus tersebut ke pengadilan.


Ribuan polisi dikerahkan

Diketahui, kejadian penembakan itu sempat direkam dalam bentuk video. Usai video tersebut beredar, warga sontak geram dan mengecam aksi pembunuhan tersebut sebagai contoh kekerasan polisi. 
 
Kini, protes telah menyebar di seluruh Prancis, termasuk Paris. Sebanyak 150 orang pun ditangkap akibat ikut melakukan protes. 
 
Menteri Dalam Negeri Gerald Darmanin mengatakan bahwa jumlah petugas polisi yang dikerahkan akan diperbanyak hingga mencapai lebih dari empat kali lipat, yakni dari 9.000 menjadi 40.000. Di wilayah Paris saja, jumlah petugas yang dikerahkan sudah melebihi dua kali lipat, yaitu sebanyak 5.000 orang. 
 
"Para profesional gangguan harus pulang," kata Darmanin, dikutip dari Al Jazeera, Jumat, 30 Juni 2023.
 
Presiden Prancis Emmanuel Macron juga turut menanggapi aksi protes tersebut. Ia mengatakan, titik-titik panas akan diamankan "sehingga perdamaian penuh dapat dikembalikan.”
 
"Tindakan ini benar-benar tidak dapat dibenarkan," ujar Macron.
 
Meski jumlah petugas diperbanyak untuk meredam aksi protes masyarakat, nyatanya kekerasan masih saja berlanjut. Pengunjuk rasa di Nanterre dilaporkan menembakkan kembang api dan melemparkan batu ke arah polisi.
 
Sementara itu, polisi dan petugas pemadam kebakaran berupaya untuk menahan pengunjuk rasa dan memadamkan sejumlah kobaran api.
 
Darmanin mencatat terdapat sebanyak 170 petugas yang terluka dalam kerusuhan ini. Namun, tidak ada yang mengalami luka parah.
 
Adapun sekitar 90 bangunan umum, termasuk sekolah, kantor polisi, balai kota, dan bangunan umum lainnya di sejumlah wilayah yang dilaporkan rusak akibat kerusuhan ini. Sementara itu, jumlah warga sipil yang terluka tidak segera belum dirilis. (Arfinna Erliencani)
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FJR)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan