Saat Uni Eropa dan Inggris mewacanakan sanksi kepada Belarusia, Makei mencoba mencari dukungan melalui pidato virtual di Sidang Majelis Umum ke-75 Perserikatan Bangsa-Bangsa di New York, Amerika Serikat.
"Kami meminta negara-negara mitra untuk mendemonstrasikan kebijaksanaan, menahan diri, dan bersikap imparsial," kata Makei dalam pidato yang sudah direkam sebelumnya akibat adanya pandemi virus korona (covid-19).
Dikutip dari Euronews, Minggu 27 September 2020, pidato Makei diputar di gedung PBB usai terjadinya gelombang aksi protes terbaru di Belarusia, yang meletus usai berakhirnya pilpres pada 9 Agustus lalu. Para pengunjuk rasa menilai Presiden Alexander Lukashenko telah berbuat curang dalam pilpres.
Lukashenko membantah adanya kecurangan. Pekan ini, Lukashenko semakin memicu kemarahan pengunjuk rasa karena melakukan sumpah jabatan presiden untuk periode baru secara diam-diam.
Aksi protes sejak awal Agustus hingga kini merupakan yang terbesar sejak Belarusia merdeka dari Uni Soviet di tahun 1991. Pernyataan Makei di PBB dikhawatirkan dapat memicu aksi protes lebih lanjut, karena ia mengatakan hasil pilpres pada Agustus lalu adalah pilihan rakyat.
Biasanya aksi protes pada akhir pekan di Belarusia dapat dihadiri lebih dari 200 ribu demonstran.
Di tiga hari pertama aksi protes Belarusia, polisi menggunakan gas air mata, meriam air, dan peluru karet untuk membubarkan massa. Beberapa pengunjuk rasa tewas dalam bentrokan dengan polisi, dan banyak dari mereka terluka serta ditahan.
Pekan kemarin, Dewan Hak Asasi Manusia PBB meloloskan sebuah resolusi yang menyerukan adanya investigasi mengenai dugaan pelanggaran HAM oleh pemerintahan Lukashenko. Hasil investigasi diperkirakan keluar pada akhir 2020.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News