"Sekarang waktunya untuk meredakan ketegangan dan mengurangi tindakan di lapangan," kata Guterres, dilansir dari Channel News Asia, Selasa, 15 Februari 2022.
Ia mengatakan sangat khawatir dengan meningkatnya ketegangan dan meningkatnya spekulasi tentang potensi konflik militer di Eropa.
"Kami sama sekali tidak dapat menerima bahkan kemungkinan konfrontasi yang membawa bencana seperti itu," serunya.
Ia menegaskan, tidak ada alternatif selain diplomasi untuk menyelesaikan masalah ini.
Baca juga: Ukraina Desak Rusia Jelaskan Maksud dari Penumpukan Pasukan di Perbatasan
Guterres meminta semua pihak untuk menghormati Piagam PBB dan menahan diri dari ancaman atau penggunaan kekuatan terhadap integritas teritorial atau kemerdekaan politik negara mana pun.
"Meninggalkan diplomasi untuk konfrontasi bukanlah langkah yang melampaui batas, itu adalah penyelaman di atas tebing," katanya.
Selama pembicaraan telepon dengan Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov dan Menlu Ukraina Dmytro Kuleba, ia menegaskan kembali diplomasi adalah satu-satunya jalan ke depan.
"Sekjen menyatakan kepada kedua menteri luar negeri keprihatinannya yang serius atas meningkatnya ketegangan di sekitar Ukraina," tutur juru bicara Guterres, Stephane Dujarric.
"Dia menyambut baik diskusi diplomatik yang sedang berlangsung untuk meredakan ketegangan itu dan sekali lagi menggarisbawahi fakta bahwa tidak ada alternatif selain diplomasi," lanjutnya.
Dujarric mengatakan Guterres tetap yakin bahwa Rusia tidak akan menyerang Ukraina.
"Saya tidak percaya pendapatnya telah berubah dengan cara apa pun," kata juru bicara itu.
PBB memiliki sekitar 1.660 staf di Ukraina termasuk 1.440 orang Ukraina dan 220 orang asing. "Tidak ada rencana untuk evakuasi atau relokasi staf PBB" dari Ukraina," pungkas Dujarric.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News