Sejarah G20
Sebagian besar anggota G20 adalah kekuatan ekonomi terbesar dunia, yang meliputi negara-negara maju dan berkembang. Secara kolektif, G20 menyumbang sekitar 90 persen dari Produk Dunia Bruto (GWP), 75 hingga 80 persen nilai perdagangan global, dua per tiga populasi dunia, dan sekitar separuh area daratan di planet Bumi.Di luar Uni Eropa, negara-negara anggota G20 adalah Australia, Kanada, Arab Saudi, Amerika Serikat (AS), India, Rusia, Afrika Selatan, Turki, Argentina, Brasil, Meksiko, Prancis, Jerman, Italia, Britania Raya atau Inggris, Tiongkok, Jepang, Korea Selatan, dan Indonesia.
G20 menggelar pertemuan setidaknya satu tahun sekali sejak 2008. Biasanya, Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 melibatkan kehadiran kepala negara, menteri keuangan, menteri luar negeri, dan jajaran pejabat tinggi lainnya. Khusus untuk Uni Eropa diwakilkan oleh Komisi Eropa dan Bank Sentral Eropa.
Tidak terbatas hanya anggota, KTT G20 juga mengundang sejumlah negara tamu, organisasi internasional dan lembaga nirlaba. Beberapa dari undangan bersifat permanen, atau akan selalu hadir dalam setiap KTT G20.
KTT perdana G20 digelar di Washington DC, AS. Setelah sempat menggelar dua KTT per tahun, G20 memutuskan pertemuan antar pemimpin hanya akan berlangsung selama satu kali dalam setiap tahunnya terhitung sejak 2011 hingga kini.
Rotasi Presidensi
Seluruh rangkaian kegiatan KTT G20 berlangsung secara tatap muka, dan untuk kali pertama beralih ke virtual pada 2020 akibat kemunculan pandemi Covid-19. Kala itu, Arab Saudi memegang presidensi.
Tahun ini, presidensi G20 dipegang Italia. KTT G20 di kota Roma berlangsung secara hibrida, ada yang memutuskan hadir secara fisik, dan beberapa memilih metode virtual dari negara masing-masing. Presiden Joko Widodo memutuskan hadir secara fisik karena hendak menerima penyerahan presidensi G20 dari Italia.
Untuk memutuskan negara mana yang berhak memegang presidensi G20, seluruh anggota -- kecuali Uni Eropa -- dimasukkan dalam 5 grup. Seluruh negara di dalam suatu grup berhak untuk memegang presidensi G20 jika memang sudah gilirannya grup tersebut.
Negara-negara di dalam satu grup dapat saling bernegosiasi untuk menentukan giliran. Jabatan presidensi G20 dimulai sejak 1 Desember hingga 30 November pada setiap tahunnya. Sistem ini sudah berlaku sejak 2010, sejak Korea Selatan yang ada di Grup 5, memegang presidensi G20.
Presidensi G20 Indonesia
Indonesia akan memegang presidensi pada 2022, tahun di mana pandemi Covid-19 diperkirakan masih tetap ada, namun sudah lebih terkendali. Tema besar yang diambil Indonesia adalah "Recover Together, Recover Stronger," atau dapat diartikan pulih bersama-sama secara lebih kuat -- baik di bidang kesehatan maupun ekonomi -- dari dampak buruk pandemi Covid-19.Dalam Sidang Majelis Umum ke-75 Perserikatan Bangsa-Bangsa di New York pada September lalu, Presiden Jokowi menyampaikan fokus presidensi Indonesia di G20. Dalam pidatonya, presiden menekankan bahwa kepemimpinan Indonesia di G20 bertujuan memajukan kepentingan semua pihak.
"Presiden menekankan bahwa Presidensi Indonesia akan memajukan kepentingan semua pihak, yang berarti inklusivitas, termasuk kepada kelompok rentan," seru Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dalam jumpa pers dari New York.
Ia menambahkan, dalam presidensi nanti Indonesia juga akan memberikan perhatian pada ekonomi hijau dan berkelanjutan. Presiden Jokowi menuturkan, Indonesia memiliki nilai strategis dalam isu perubahan iklim.
Selain itu, Presiden Jokowi juga menekankan pentingnya multilateralisme efektif dengan kerja keras dan hasil konkret. Poin lain yang akan diangkat Indonesia selama presidensi G20 di antaranya upaya melawan intoleransi, konflik, terorisme, dan perang.
Hari ini, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati telah melakukan pertemuan bilateral dengan Menteri Keuangan Italia Daniele Franco untuk membicarakan kontinuitas agenda finance track Italia yang diharapkan dapat dilanjutkan oleh Indonesia. Pertemuan ini dilaksanakan guna mendukung peralihan pelaksanaan Presidensi G20 dari Italia ke Indonesia.
Sri Mulyani pun mengaku siap melanjutkan beberapa isu yang selama ini telah menjadi perhatian Presidensi G20 Italia.
"Indonesia akan melanjutkan Presidensi dan termasuk legacy program yang sudah ada. Indonesia meminta dukungan dan kerja sama dengan Italia terhadap berbagai hal yang menjadi perhatian termasuk isu-isu sensitif," kata dia.
Baca: Bertemu Menkeu Italia, Sri Mulyani Siap Lanjutkan Presidensi G20 di Indonesia
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id