Aysenur Eygi, seorang perempuan berusia 26 tahun, dilaporkan tewas tertembak oleh pasukan Israel saat mengikuti protes menentang perluasan permukiman di wilayah tersebut. Hal ini dikonfirmasi oleh pejabat Turki dan Palestina pada Jumat, 6 September 2024.
Menurut Juru Bicara Kementerian Luar Negeri AS, Vedant Patel, pihaknya mengharapkan agar Israel melakukan penyelidikan yang menyeluruh dan transparan.
"Kami memahami bahwa mitra kami di Israel sedang menyelidiki situasi ini, dan kami mengharapkan hasilnya dipublikasikan secara terbuka," ujar Patel dalam konferensi pers, seperti dikutip Anadolu, Selasa 10 September 2024.
Insiden ini terjadi di Desa Beita, dekat Nablus yang sering menjadi tempat protes oleh para aktivis Palestina. Pasukan Israel sedang meninjau laporan terkait “tewasnya seorang warga asing akibat tembakan yang terjadi di daerah tersebut”.
Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, mengutuk kematian Eygi dan menyatakan bahwa Turki “akan terus memperjuangkan penghentian kebijakan penduduk dan genosida yang dilakukan Israel”.
Israel sendiri membantah tuduhan bahwa tindakannya di wilayah Palestina yang diduduki dianggap sebagai genosida.
Kebijakan ini memicu kecaman dari negara-negara Barat, termasuk Amerika Serikat, yang juga telah memberlakukan sanksi terhadap beberapa warga Israel yang terlibat dalam gerakan permukiman tersebut.
Tepi Barat telah diduduki Israel sejak 1967 karena wilayah yang diinginkan oleh Palestina sebagian inti dari negara merdeka mereka.
Meski begitu, Israel terus membangun permukiman di sana, yang dianggap ilegal oleh sebagian besar negara di dunia. Namun, Israel membela tindakannya dengan menyebut adanya hubungan sejarah dan alkitabiah dengan tanah tersebut. (Nithania Septianingsih)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News