Kunjungan ini merupakan upaya IAEA untuk memastikan seberapa serius potensi terjadinya bencana nuklir di PLTN Zaporizhzhia, yang saat ini tengah diduduki pasukan Rusia.
"Kami akhirnya bisa bergerak setelah berusaha selama enam bulan," kata Kepala IAEA Rafael Grossi kepada awak media di Kiev, dikutip dari laman Anadolu Agency.
Kekhawatiran akan terjadinya bencana nuklir terus meningkat karena PLTN Zaporizhzhia terkena sejumlah serangan dalam beberapa hari terakhir. Pasukan Rusia dan Ukraina saling menyalahkan atas serangkaian serangan tersebut.
Grossi mengatakan tim IAEA yang dipimpinnya "akan menghabiskan waktu beberapa hari" di PLTN Zaporizhzhia.
"Ini adalah operasi kompleks. Kami akan pergi ke zona perang dan wilayah pendudukan. Hal ini membutuhkan jaminan eksplisit, bukan hanya dari Rusia, tapi juga Ukraina," ucapnya.
"IAEA berharap dapat membuat sebuah misi permanen di Ukraina untuk memonitor PLTN Zaporizhzhia," sambungnya.
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba mengatakan bahwa misi IAEA ke PLTN Zaporizhzhia merupakan yang tersulit bagi badan pengawas atom PBB tersebut.
"Misi ini akan menjadi yang tersulit dalam sejarah IAEA, mengingat aktivitas tempur aktif yang dilakukan Federasi Rusia di lapangan dan juga cara yang sangat terang-terangan bahwa Rusia mencoba melegitimasi kehadirannya di sana," kata Kuleba.
Baca: Menlu Ukraina: Misi ke PLTN Zaporizhzhia Tersulit dalam Sejarah IAEA
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News