Juru bicara Kementerian Luar Negeri AS mengatakan bahwa rencana penjualan tetap dilanjutkan meski saat ini "kami masih mengkaji sejumlah detail dan berkonsultasi dengan jajaran petinggi Emirat" terkait penggunaan senjata.
Biden telah menghentikan sementara perjanjian penjualan senjata ke UEA yang disepakati di era Donald Trump untuk keperluan kajian. Kesepakatan penjualan senjata AS ke UEA difinalisasi beberapa saat sebelum Trump meninggalkan Gedung Putih.
Baca: Biden Tunda Penjualan Senjata ke Arab Saudi dan Uni Emirat Arab
November lalu, pemerintahan Trump mengatakan kepada Kongres bahwa pihaknya telah menyetujui penjualan senjata ke UEA sebagai bagian dari Abraham Accords, perjanjian terkait normalisasi hubungan antara Israel dan UEA.
Di bulan terakhir pemerintahan Trump, Israel telah menormalisasi hubungan dengan UEA, Bahrain, Sudan, dan Maroko.
Dikutip dari Al Jazeera pada Rabu, 14 April 2021, paket penjualan senjata Ro335 triliun dari AS ke UEA meliputi jajaran produk General Atomics, Lockheed Martin, dan Raytheon Technologies, termasuk 50 pesawat F-35 Lighting II, 18 drone MQ-9B, dan amunisi senjata udara-ke-udara dan udara-ke-darat.
Sejumlah anggota Kongres AS mengkritik UEA atas keterlibatannya dengan perang di Yaman, sebuah konflik yang telah memicu krisis kemanusiaan terburuk di era modern.
Upaya legislatif untuk menghentikan penjualan senjata AS ke UEA berakhir gagal pada Desember lalu, karena jajaran politisi Partai Republik di Kongres mendukung upaya Trump.
Pemerintahan Trump kemudian memfinalisasi penjualan senjata ke UEA pada 20 Januari, hanya beberapa jam sebelum Biden dilantik menjadi presiden.
Estimasi pengiriman senjata AS ke UEA, jika perjanjiannya benar-benar diimplementasikan, adalah tahun 2025 ke atas.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News