"Kami akan terus menekan mitra-mitra kami di Israel untuk mengkaji kembali kebijakan mereka untuk memastikan adanya langkah-langkah tambahan dalam memitigasi risiko melukai warga sipi, melindungi jurnalis, dan mencegah tragedi serupa terulang di masa mendatang," ucap deputi juru bicara Kementerian Luar Negeri AS Vedant Patel.
"Itu semua adalah tujuan kunci utama bagi kami," sambungnya, dikutip dari TOI, Rabu, 7 September 2022.
Pernyataan Patel, yang memperkuat reaksi AS sebelum terkait pernyataan IDF, memperlihatkan bahwa pemerintahan Presiden Joe Biden tidak puas dengan langkah-langkah yang diambil Israel setelah kematian Shireen.
Shireen, jurnalis keturunan Palestina-Amerika yang bekerja untuk media Al-Jazeera, tewas terkena peluru tajam saat sedang meliput sebuah operasi penggerebekan pasukan Israel di kamp pengungsian Jenin pada 11 Mei.
Perempuan 51 tahun itu terkena tembakan walau dirinya memakai helm dan rompi bertuliskan "Pers."
Sejauh ini IDF belum bersedia berkomentar terhadap pernyataan terbaru Patel.
Baca: Israel Klaim Reporter Palestina Kemungkinan Dibunuh Tidak Sengaja
Pemerintahan Biden selama berbulan-bulan berusaha mendorong Israel untuk mereformasi kebijakan tembak-di-tempat. AS ingin prajurit Israel tidak begitu saja melepaskan tembakan saat menghadapi individu tertentu, dan hanya menembak jika situasinya benar-benar mengancam.
Permintaan dari Washington itu disampaikan dalam percakapan antara Menlu Antony Blinken dan Menlu Israel.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News