Rencana kunjungan ini merupakan pembalikan kebijakan Biden yang sebelumnya menyebut Arab Saudi sebagai negara "pariah" terkait kasus pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi.
Dikutip dari NBC News, Selasa, 14 Juni 2022, lawatan ke Arab Saudi akan dilakukan di saat Biden hendak berusaha menurunkan harga bahan bakar yang sebagiannya diakibatkan rentetan sanksi AS dan Uni Eropa terhadap Rusia yang menginvasi Ukraina.
Biden membantah bahwa kunjungan yang sudah lama didiskusikan ini bertujuan untuk mendorong Arab Saudi menghasilkan lebih banyak minyak. Namun beberapa pejabat AS mengakui bahwa minyak adalah faktor penting dalam kunjungan Biden ke Riyadh.
Selain soal minyak, kunjungan Biden juga dinilai bertujuan memperbaiki hubungan yang merenggang antar kedua negara terkait pembunuhan Khashoggi. Saat Biden menjadi presiden, ia memerintahkan pengungkapan investigasi Agensi Intelijen Pusat (CIA) yang menyimpulkan bahwa MBS bertanggung jawab atas kematian Khashoggi.
Isu lain yang akan didiskusikan Biden meliputi perang sipil di Yaman, di mana Arab Saudi telah membantu mendorong tercapainya gencatan senjata. Kekhawatiran bersama mengenai program nuklir Iran juga akan dibahas.
Sejumlah kritikus, termasuk organisasi dari keluarga korban tragedi 9/11, menentang rencana kunjungan Biden ke Arab Saudi. Selama ini, Riyadh membantah bahwa pemerintahannya memainkan peran apa pun dalam aksi teror di tanah AS pada 2001, meski 15 dari 19 pelaku pembajakan pesawat kala itu berkewarganegaraan Arab Saudi.
Tidak hanya bertemu MBS, nantinya Biden juga akan berpartisipasi dalam pertemuan Dewan Kerja Sama Teluk yang dihadiri jajaran petinggi negara-negara Teluk.
Baca: Biden Jilat Ludah Sendiri Terkait Arab Saudi
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
