“Kerusakan akibat hujan juga memaksa lebih dari 88.000 orang meninggalkan rumah mereka,” kata otoritas pertahanan sipil negara bagian, Minggu, 5 Mei 2024.
Sekitar 16.000 orang mengungsi di sekolah, gimnasium, dan tempat penampungan sementara lainnya. Banjir ini meninggalkan dampak kehancuran, termasuk tanah longsor, jalan rusak dan jembatan runtuh di seluruh negara bagian.
Dilansir dari Al Jazeera, Senin, 6 Mei 2024, operator melaporkan pemadaman listrik dan komunikasi. Sedangkan lebih dari 800.000 orang tidak dialiri pasokan air.
“Saya ulangi dan tegaskan, kehancuran yang kita alami belum pernah terjadi sebelumnya,” kata Gubernur negara bagian Eduardo Leite.
Dia sebelumnya mengatakan bahwa negara bagian memerlukan semacam ‘Rencana Marshall’ untuk dibangun kembali.
Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva mengunjungi Rio Grande do Sul untuk kedua kalinya pada Minggu, didampingi antara lain oleh Menteri Pertahanan Jose Mucio, Menteri Keuangan Fernando Haddad dan Menteri Lingkungan Hidup Marina Silva.
Pemimpin dan timnya mengamati jalan-jalan ibu kota negara bagian, Porto Alegre yang banjir, dari helikopter.
“Kita harus berhenti ketinggalan bencana. Kita perlu melihat terlebih dahulu bencana apa yang mungkin terjadi dan kita perlu berupaya,” kata Presiden Lula.
Sungai Guaiba mencapai rekor ketinggian 5,33 meter pada Minggu pagi, melampaui tingkat yang terlihat pada banjir bersejarah 1941, ketika ketinggian sungai mencapai 4,76 meter.
Selama misa Minggu di Vatikan, Paus Fransiskus mengatakan dia berdoa untuk penduduk negara bagian tersebut. “Semoga Tuhan menyambut mereka yang meninggal dan menghibur keluarga mereka dan mereka yang harus meninggalkan rumah mereka,” katanya.
Hujan deras dimulai pada hari Senin dan diperkirakan berlangsung hingga Minggu. Di beberapa daerah, seperti lembah, lereng gunung, dan kota, curah hujan lebih dari 300 mm turun dalam waktu kurang dari seminggu, menurut Institut Meteorologi Nasional Brasil, yang dikenal dengan akronim Portugis INMET, pada Kamis.
Hujan lebat tersebut merupakan bencana lingkungan keempat yang terjadi di negara bagian tersebut dalam satu tahun, menyusul banjir pada bulan Juli, September, dan November 2023 yang menewaskan 75 orang.
Cuaca di seluruh Amerika Selatan dipengaruhi oleh fenomena iklim El Nino, suatu peristiwa alami yang terjadi secara berkala dan menghangatkan permukaan air di wilayah Pasifik Khatulistiwa. Di Brasil, El Nino secara historis menyebabkan kekeringan di wilayah utara dan curah hujan tinggi di wilayah selatan.
Tahun ini, dampak El Nino sangat dramatis, dengan terjadinya kekeringan bersejarah di Amazon. Para ilmuwan mengatakan cuaca ekstrem lebih sering terjadi akibat perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia.
“Tragedi ini akan terus terjadi, semakin buruk dan semakin sering terjadi,” kata Suely Araujo, koordinator kebijakan publik di Climate Observatory, sebuah jaringan yang terdiri dari puluhan kelompok lingkungan dan sosial.
Brasil perlu menyesuaikan diri terhadap dampak perubahan iklim, katanya dalam pernyataan hari Jumat, mengacu pada proses yang dikenal sebagai adaptasi.
Baca juga: 55 Orang Tewas dan 69.000 Mengungsi di Area Terdampak Banjir Brasil
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News