Jumat lalu, Tedros mengatakan bahwa saat ini ada banyak negara yang memberikan vaksin penguat (booster) atau dosis ketiga. Angka pemberiannya enam kali lebih banyak ketimbang vaksin dosis pertama dan kedua di negara-negara berpenghasilan rendah.
Selain itu, Tedros juga mengatakan bahwa negara-negara dengan cakupan vaksinasi tertinggi "terus menumpuk pasokan vaksin," sementara "negara-negara miskin hanya bisa menunggu."
"Ini adalah sebuah skandal yang harus dihentikan sekarang juga," tutur Tedros, dilansir dari laman Xinhua, Rabu, 17 November 2021.
COVAX, skema berbagi yang diinisiasi WHO, dapat membantu mengatasi kesenjangan vaksin global.
"Namun COVAX membutuhkan setidaknya 550 juta vaksin Covid-19 untuk mencapai target memvaksinasi 40 persen masyarakat dari semua negara di dunia pada akhir 2021," ungkap Tedros.
Kesenjangan vaksin terus disuarakan negara-negara dunia, termasuk Indonesia. Presiden Joko Widodo dan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi berulang kali menyuarakan isu ini di berbagai kesempatan.
Indonesia menegaskan bahwa kesenjangan vaksin harus diubah menjadi kesetaraan dalam upaya mempercepat penanganan pandemi dan pemulihan ekonomi.
Terkait kesenjangan vaksin, WHO juga berulang kali menegaskan bahwa, "tidak ada orang yang benar-benar aman hingga semua orang aman."
Baca: Pimpin Pertemuan COVAX, RI Bahas Kesenjangan Vaksin Buat Pandemi Tak Selesai
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News