Penelitian akan berpusat pada mengidentifikasi data yang tersedia, cara terbaik untuk mengumpulkan data ke depannya, dan bagaimana informasi yang diperoleh dapat digunakan untuk memajukan pemahaman ilmiah tentang masalah tersebut.
NASA menunjuk David Spergel, yang sebelumnya mengepalai departemen astrofisika Universitas Princeton, untuk memimpin tim ilmiah. Daniel Evans, seorang peneliti senior di Direktorat Misi Sains NASA, akan mengatur penelitian tersebut.
Pembentukan tim dijadwalkan selesai pada musim gugur. Selanjutnya, jajaran ilmuwan akan membutuhkan waktu sekitar sembilan bulan untuk mengembangkan laporan publik tentang temuannya.
Evans mengatakan, NASA akan mengalokasikan dana dari puluhan dolar hingga USD100.000 (Rp1,4 miliar) untuk aktivitas ini.
Pengumuman pembentukan tim dikeluarkan setahun setelah pemerintah AS merilis laporan observasi unidentified aerial phenomenon (UAP).
Dua pejabat Pentagon bersaksi pada 17 Mei, sidang kongres pertama tentang UFO dalam setengah abad.
"Kami melihat bumi dengan cara baru, dan kami juga melihat ke arah lain, ke langit, dengan cara baru," Thomas Zurbuchen, kepala unit sains NASA, mengatakan kepada wartawan melalui konferensi virtual, seperti dikutip AFP, Jumat, 10 Juni 2022.
"Hal yang kami coba lakukan di sini adalah memulai penyelidikan tanpa memperkirakan hasilnya,” imbuhnya.
Para pejabat AS menyebut UAP sebagai isu keamanan nasional, yang ditegaskan oleh NASA.
"Fenomena tak dikenal di atmosfer merupakan kepentingan keamanan nasional dan keselamatan udara. Menetapkan peristiwa mana yang alami adalah langkah pertama yang penting untuk mengidentifikasi atau mengurangi fenomena tersebut," ucap NASA dalam rilisnya.
Laporan tahun lalu menunjukkan ahli intelijen dan pertahanan tidak memiliki cukup data untuk menentukan sifat dari UAP yang diamati pilot-pilot militer. Tidak diketahui apakah itu teknologi canggih dari bumi, atmosfer, atau berasal dari luar bumi (extraterrestrial).
NASA mengatakan, "Tidak ada bukti bahwa UAP berasal dari luar bumi."
Keterlibatan badan antariksa itu bertujuan memperoleh data lebih banyak, menggunakan kemampuan ilmiah NASA, juga satelit dan sensor.
"Langkah pertama adalah mencari tahu data apa saja yang tersedia," kata Evans.
Pentagon telah mempublikasikan beberapa video objek misterius dengan kecepatan dan kemampuan manuver melebihi teknologi penerbangan saat ini. Kontrol penerbangan objek itu pun tidak terlihat. (Kaylina Ivani)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News