Autopsi resmi menyatakan kematian Brooks masuk kategori pembunuhan.
"Kepercayaan kami terhadap jajaran kepolisian sudah runtuh," kata keponakan Rayshard, Tiara Brooks, dalam sebuah konferensi pers.
"Satu-satunya cara menyembuhkan sejumlah luka ini adalah melalui sebuah dakwaan dan perubahan drastis di departemen kepolisian," lanjutnya, dilansir dari BBC, Selasa 16 Juni 2020.
Penembakan Rayshard Brooks terjadi saat gelombang aksi protes mengecam kematian George Floyd masih berlangsung di sejumlah kota di AS. Floyd merupakan pria kulit hitam yang meninggal usai lehernya ditindih lutut seorang polisi di Minneapolis pada 25 Mei.
Pada Senin pagi, ratusan demonstran berkumpul di Atlanta. Mereka menuntut keadilan untuk Brooks dan juga menyerukan adanya reformasi di bidang peradilan kriminal.
Wali Kota Atlanta Keisha Lance Bottoms telah mengumumkan rangkaian perintah eksekutif dalam mendorong reformasi kepolisian.
Di tengah amarah atas kematian Brooks, sang istri meminta agar para demonstran beraksi secara damai agar nama suaminya tetap "positif dan harum."
"Saya sangat mengapresiasi jika aksi protes tetap berlangsung damai," tutur Tomika Miller.
Hasil autopsi menunjukkan bahwa Brooks, 27, meninggal akibat kehabisan darah serta kerusakan beberapa organ yang disebabkan dua tembakan senjata api. Dua tembakan itu mengenai bagian punggung Brooks pada Jumat 12 Juni.
"Kasus kematian (Brooks) masuk kategori pembunuhan," ucap pernyataan kantor pemeriksaan medis Fulton County.
Video perseteruan dan penembakan Brooks terekam kamera di seragam polisi dan juga kamera pengawas. Dalam video terlihat Brooks sempat mengambil taser (senjata kejut) polisi, yang kemudian dibalas dengan tembakan senjata api.
Sejumlah pihak menilai respons polisi berlebihan karena taser bukanlah senjata mematikan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News