Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken. (AFP)
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken. (AFP)

Kembali ke Timur Tengah, Blinken Bakal Bahas Lagi Bantuan dan Eskalasi Gaza

Marcheilla Ariesta • 06 Januari 2024 08:22
Washington: Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken kembali ke Timur Tengah. Ini perjalanan keempatnya ke wilayah tersebut sejak perang Israel-Hamas dimulai pada 7 Oktober lalu.
 
Kedatangannya kali ini untuk melakukan pembicaraan alot terkait desakan bantuan baru untuk Gaza dan deeskalasi wilayah.
 
"Menteri Blinken akan mengunjungi Israel dan Tepi Barat, rumah bagi Otoritas Palestina, dan lima negara Arab, Mesir, Yordania, Qatar, Arab Saudi dan Uni Emirat Arab," kata Departemen Luar Negeri AS, dilansir dari AFP, Jumat. 5 Januari 2024.

Blinken berangkat Kamis malam menuju Turki yang merupakan rumah bagi para pemimpin utama Hamas. Dia akan membahas “langkah-langkah segera untuk meningkatkan bantuan kemanusiaan secara substansial ke Gaza,” dimana Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah memperingatkan risiko kelaparan dan penyakit.
 
"Kami tidak berharap setiap pembicaraan dalam perjalanan ini akan berjalan dengan mudah. Jelas ada permasalahan sulit yang dihadapi kawasan ini dan pilihan-pilihan sulit di masa depan," kata juru bicara Departemen Luar Negeri Matthew Miller.
 
“Tetapi Menteri Luar Negeri percaya bahwa ini adalah tanggung jawab Amerika Serikat untuk memimpin upaya diplomatik untuk mengatasi tantangan-tantangan tersebut,” katanya.

Solidaritas terhadap Gaza

Blinken dalam perjalanan sebelumnya berusaha menjaga agar perang tetap terisolasi di Gaza. Namun ia kembali ke wilayah yang pernah dilanda serangan di atau dari Lebanon, Irak, Yaman, Suriah dan Iran.
 
Sebuah serangan di Lebanon yang secara luas diasumsikan dilakukan oleh Israel menewaskan seorang pemimpin penting Hamas pada hari Selasa, dan pemberontak Huthi yang didukung Iran telah menembaki kapal-kapal di Laut Merah sebagai bentuk solidaritas terhadap Gaza.
 
Dalam percakapan telepon sebelum perjalanan, Blinken setuju dengan Menteri Luar Negeri Prancis Catherine Colonna untuk berupaya meredakan ketegangan di Tepi Barat dan menghindari eskalasi di Lebanon dan Iran.
 
Iran pada Rabu lalu dilanda salah satu serangan paling mematikan sejak revolusi Islam 1979, dengan dua ledakan yang menewaskan sedikitnya 84 orang yang berkumpul untuk memperingati jenderal Garda Revolusi yang terbunuh.
 
Teheran awalnya menyalahkan Israel dan Amerika Serikat, meski pun kelompok ISIS kemudian mengaku bertanggung jawab dan para pejabat AS menolak peran AS atau Israel.
 
Baca juga:  Menhan Israel Bakal Terus Lanjutkan Perang di Gaza 'Selama Dianggap Perlu'
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WIL)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan