"Saya sepenuhnya bermaksud agar itu dirilis sebelum akhir mandat saya, dan kami telah menerima masukan substansial dari pemerintah yang perlu ditinjau dengan hati-hati," kata Michelle Bachelet kepada wartawan, seperti dikutip AFP, Jumat 26 Agustus 2022.
Bachelet mengatakan, hampir setahun yang lalu bahwa kantornya sedang menyelesaikan laporan tentang situasi hak asasi manusia di wilayah Xinjiang, di mana Beijing dituduh menahan lebih dari satu juta orang Uighur dan minoritas Muslim lainnya. Ini adalah sebuah tuduhan yang dibantah keras oleh pihak Negeri Tirai Bambu.
Baca: Tiongkok Disebut Berupaya Keras Menanggulangi Ekstremisme di Xinjiang. |
Namun laporan tersebut telah berulang kali tertunda, karena meningkatnya kemarahan kelompok hak asasi manusia.
Bachelet telah bersumpah bahwa laporan itu akan dirilis sebelum dia mengundurkan diri. Tetapi dengan hanya beberapa hari lagi sampai akhir masa jabatannya, itu sekarang tampak tidak pasti.
"Kami berusaha sangat keras untuk melakukan apa yang saya janjikan," kata Bachelet.
Bachelet sendir mengakui bahwa dia berada di bawah "tekanan luar biasa untuk menerbitkan atau tidak menerbitkan." "Tapi saya tidak akan menerbitkan atau menahan publikasi karena tekanan seperti itu," dia bersikeras.
Beijing juga dituduh melakukan sterilisasi paksa terhadap perempuan dan membuat minoritas menjadi pekerja paksa.
Amerika Serikat dan anggota parlemen di negara-negara barat lainnya telah menuduh Tiongkok melakukan "genosida" terhadap kelompok minoritas, tuduhan yang dibantah keras oleh Beijing.
Tiongkok telah lama mengklaim menjalankan pusat pelatihan kejuruan di Xinjiang yang dirancang untuk melawan ekstremisme.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News