Usul asli diajukan oleh Amerika Serikat (AS) dan sekitar 50 negara lain juga mengecam aksi Rusia, tapi tidak segera menangguhkan hak suaranya di badan kesehatan PBB itu sebagaimana diminta oleh beberapa pihak.
Kedua resolusi menyampaikan "keprihatinan mendalam atas keadaan darurat kesehatan yang sedang berlangsung di dan sekitar Ukraina", tapi hanya pengajuan Barat yang menyebut situasi dipicu oleh agresi Federasi Rusia terhadap Ukraina.
Duta Besar Ukraina untuk PBB di Jenewa, Yevheniia Filipenko, menyebut usul Rusia sebagai realitas yang dipelintir.
"Federasi Rusia gagal dalam upaya sinisnya untuk menipu forum ini," ucapnya, dilansir dari Channel News Asia, Jumat, 27 Mei 2022.
Sebaliknya, Dubes Rusia untuk PBB di Jenewa, Alexander Alimov, mengatakan saran Barat mengandung politisasi, berat sebelah, dan bias. Menurutnya, pengajuan Rusia bersifat konstruktif.
"Memanipulasi WHO tidak dapat diterima," katanya menanggapi hasil pemungutan suara.
Tiongkok mendukung Moskow dalam dua pemungutan suara, dengan perwakilannya Yang Zhilun mengatakan WHO adalah forum yang salah untuk membahas masalah kesehatan Ukraina.
Dua pemungutan suara yang jarang dilakukan dalam rapat WHO itu kemungkinan tidak membawa dampak langsung pada konflik, namun dipandang sebagai dukungan multilateral bagi Kiev. Diketahui dukungan semacam itu kian jarang setelah lebih dari tiga bulan dimulainya invasi Rusia pada 24 Februari.
Tapi meski usul Barat disahkan dengan 88 suara setuju dan 12 tidak setuju, ada puluhan abstain dan absen di antara 194 anggota WHO.
Baca: Presiden Bank Dunia: Perang di Ukraina Dapat Picu Resesi Global
Negara-negara Eropa anggota WHO telah mengeluarkan resolusi yang dapat berdampak pada penutupan kantor regional Rusia.
Para diplomat mengatakan kali ini pihaknya berhati-hati dalam menghadapi Rusia, mengingat kebutuhan kerja sama terkait pengawasan penyakit. Dukungan untuk mengecam Rusia secara politik juga semakin pudar lantaran negara-negara Barat dinilai terlalu fokus menargetkan Rusia sementara mengorbankan masalah lain.
Resolusi disampaikan bersamaan dengan laporan Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus, yang menyorot konsekuensi kesehatan parah dari invasi Rusia. Itu termasuk 235 serangan terhadap pelayanan kesehatan dan korban lainnya, serta disrupsi layanan kesehatan yang mengancam keselamatan jiwa.
Moskow menyebut tindakannya sebagai "operasi militer khusus" untuk melucuti senjata Ukraina dan menyingkirkan yang disebutnya sebagai nasionalisme anti Rusia dengan dukungan Barat. Ukraina dan Barat mengatakan Rusia melancarkan perang tanpa alasan. (Kaylina Ivani)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id