Kepala eksekutif AstraZeneca, Pascal Soriot menuturkan bahwa mereka tidak terlalu menjanjikan kemampuannya untuk memasok vaksin. Ia menambahkan AstraZeneca tidak akan mendapat untung dari dosis vaksin selama pandemi.
"Pengiriman vaksin meningkat seiring dengan perbaikan manufaktur," ucap Soriot dilansir dari The Straits Times, Jumat, 30 April 2021.
Saham AstraZeneca naik 3,5 persen pada perdagangan Jumat pagi di London. Saham mereka mencapai rekor tertinggi pada Juli 2o20 karena optimisme seputar vaksin .
AstraZeneca kini tengah menghadapi pertempuran hukum dengan Uni Eropa karena masalah pengiriman vaksin yang tidak sesuai kesepakatan. Mereka juga dihadapkan dengan masalah efek samping vaksin, yaitu pembekuan darah yang langka pada sebagian orang yang telah disuntik.
Baca juga: Suplai Vaksin Lambat, Uni Eropa Resmi Tuntut AstraZeneca
"Kami tidak pernah memberikan janji berlebihan. Kami mengkomunikasikan apa yang kami pikir akan dapat kita capai saat itu," imbuhnya.
Masalah Hukum dengan Uni Eropa
Keterlambatan pengiriman vaksin yang mengakibatkan upaya vaksinasi di Uni Eropa tertunda berbuntut dengan tuntutan hukum kepada AstraZeneca.
"Komisi Eropa telah memulai langkah hukum kepada perusahaan AstraZeneca atas dasar pelanggaran perjanjian pembelian lanjutan pada Jumat lalu," kata juru bicara Uni Eropa Stefan De Keersmaecker pekan ini.
Ia menambahkan beberapa butir perjanjian tak bisa dipenuhi dan AstraZeneca disebut belum berada dalam posisi sanggup menghasilkan solusi agar pengiriman vaksin bisa tepat waktu. Tuntutan ini dikatakan De Keersmaecker berdasarkan keinginan 27 negara anggota Uni Eropa.
Brussels sudah mengirimkan surat resmi kepada perusahaan tersebut sebagai langkah pertama mereka pada Maret 2021. Juru bicara Komisi Eropa mengatakan jelang batas waktu untuk balasan berakhir bulan ini, masalah tersebut masih dalam pembahasan dengan AstraZeneca.
Dalam sebuah kontrak, AstraZeneca berkomitmen melakukan upaya terbaik untuk mengirimkan 180 juta dosis vaksin ke Uni Eropa pada kuartal kedua.
Menurut kontrak tersebut, total 300 juta dosis dikirim dalam periode Desember 2020 hingga Juni 2021. Namun, perusahaan pada 12 Maret 2021 mengatakan dalam pernyataannya, hanya akan mengirimkan sepertiga dari jumlah yang disepakati dalam kontrak tersebut. Surat dari Uni Eropa dikirim sepekan setelah pernyataan AstraZeneca diumumkan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News