Presiden Prancis Emmanuel Macron berbicara mengenai upaya memerangi perubahan iklim dan pemanasan global di KTT COP26 di Glasgow, Skotlandia, 1 November 2021. (ALAIN JOCARD / AFP)
Presiden Prancis Emmanuel Macron berbicara mengenai upaya memerangi perubahan iklim dan pemanasan global di KTT COP26 di Glasgow, Skotlandia, 1 November 2021. (ALAIN JOCARD / AFP)

Macron Serukan Penghasil Emisi Karbon Terbesar untuk Batasi Pemanasan Global

Willy Haryono • 02 November 2021 08:58
Glasgow: Presiden Prancis Emmanuel Macron menyerukan negara-negara penghasil emisi karbon terbesar di dunia untuk berkomitmen terhadap aksi iklim mereka, dalam upaya membatasi pemanasan global tetap berada di bawah 1,5 derajat Celcius.
 
Berbicara di KTT COP26 di Glasgow, Skotlandia, Senin, 1 November, Macron mengatakan tantangan kunci dalam konferensi ini adalah mendorong negara-negara penghasil emisi karbon terbesar di dunia untuk berkomitmen terhadap proposal yang kuat.
 
"Mereka perlu memperkuat ambisi mereka. Ini adalah satu-satunya cara memulihkan kredibilitas mereka, dalam upaya mencapai strategi di tahun 2030 yang dapat membuat target 1,5 derajat Celcius tetap kredibel," tutur Macron, dilansir dari Anadolu Agency, Selasa, 2 November 2021.

Konferensi iklim 2015, atau COP21 di Paris, menyepakati target membatasi pemanasan global di bawah 2 derajat Celcius, atau lebih baik di bawah 1,5 derajat Celcius hingga akhir abad ini.
 
Pada 2020, negara-negara yang menyepakati komitmen COP21 seharusnya sudah menyerahkan rencana aksi iklim mereka untuk memangkas emisi gas rumah kaca dalam rangka mencapai target 1,5 derajat Celcius.
 
Baca:  Lebih dari 100 Negara Berkomitmen Akhiri Deforestasi di Tahun 2030
 
Amerika Serikat, Uni Eropa, Rusia, dan Tiongkok merupakan deretan penghasil emisi karbon terbesar di dunia. AS, yang sempat keluar dari komitmen iklim di bawah pemerintahan Donald Trump, kembali bergabung ke COP tahun ini usai Joe Biden berkuasa.
 
Rusia dan Tiongkok dikabarkan tidak hadir secara fisik dalam COP26. Beijing mengonfirmasi akan hadir secara virtual.
 
Macron mengingatkan kembali bahwa perubahan iklim adalah hal yang tidak adil karena menjadikan negara-negara miskin dan pulau kecil sebagai korban pertamanya.
 
Negara-negara di Afrika, Karibia, dan Pasifik -- yang model ekonominya tidak memperburuk dampak perubahan iklim -- disebut Macron justru menjadi pihak yang harus menanggung konsekuensinya.
 
Orang nomor satu di Prancis itu juga mendesak negara-negara kaya untuk berkontribusi secara adil terhadap anggaran senilai USD100 miliar per tahun untuk mendanai rencana negara-negara berkembang dalam memerangi perubahan iklim.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WIL)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan