UNRWA, yang mengkoordinasikan hampir seluruh bantuan ke Gaza, berada dalam krisis sejak Januari, ketika Israel menuduh sekitar 13.000 pegawainya di Gaza terlibat dalam serangan yang memicu perang tersebut.
Hal ini mendorong banyak negara, termasuk donor utama Amerika Serikat, untuk menangguhkan pendanaan kepada badan tersebut, sehingga mengancam upaya mereka untuk memberikan bantuan di Gaza, meskipun beberapa negara telah melanjutkan pembayarannya.
Gugatan tersebut menuduh bahwa “UNRWA menghabiskan lebih dari satu dekade sebelum Serangan 7 Oktober membantu Hamas membangun infrastruktur dan personel teror yang diperlukan untuk melaksanakan Serangan 7 Oktober.”
“Mereka melakukan hal tersebut dengan sengaja memberikan Hamas uang tunai dolar AS yang diperlukan untuk membayar penyelundup senjata, bahan peledak, dan perlengkapan teror lainnya,” lanjut dokumen tersebut, dilansir dari AFP, Selasa, 25 Juni 2024.
Tinjauan independen terhadap UNRWA, yang dipimpin oleh mantan menteri luar negeri Prancis Catherine Colonna, menemukan beberapa “masalah terkait netralitas” namun mengatakan Israel belum memberikan bukti atas tuduhan utamanya.
Kepala badan tersebut Philippe Lazzarini, yang disebut sebagai terdakwa dalam gugatan hukum tersebut, sebelumnya mengatakan, Israel harus menghentikan kampanyenya melawan UNRWA.
“Perang di Gaza telah menghasilkan pengabaian terang-terangan terhadap misi PBB, termasuk serangan keterlaluan terhadap pegawai, fasilitas dan operasi UNRWA,” tulis Lazzarini dalam artikel opini yang diterbitkan New York Times bulan lalu.
Membantu Hamas
Gugatan ini diajukan di New York karena UNRWA menggunakan fasilitas perbankan di kota tersebut, demikian klaim pengadilan.
“Hampir semua uang yang dikeluarkan UNRWA dalam membantu Hamas membangun infrastruktur terornya di Gaza berasal dari rekening bank UNRWA di JPMorgan Chase di kota New York dan masuk ke rekening tersebut sebagai hasil sumbangan yang dikumpulkan di New York sebagai akibat perjalanan Terdakwa ke New York untuk mencari donor secara langsung di sana,” katanya.
UNRWA tidak menanggapi permintaan komentar.
Jumlah korban akibat serangan Hamas bertambah menjadi 1.195 orang, sebagian besar dari mereka adalah warga sipil, menurut penghitungan AFP berdasarkan angka resmi Israel.
Militan Palestina juga menyandera 251 orang dalam serangan itu, 116 di antaranya masih ditawan di Jalur Gaza, menurut Israel.
Dari jumlah tersebut, militer mengatakan 42 orang tewas, termasuk sedikitnya sembilan tentara.
Serangan balasan Israel dan pemboman di Jalur Gaza telah mengakibatkan kematian sedikitnya 37.626 orang, sebagian besar adalah warga sipil, menurut kementerian kesehatan di wilayah yang dikuasai Hamas.
Baca juga: UNRWA: 50.000 Anak Gaza Butuh Penanganan Malnutrisi Akut
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News