Vaksin, yang dibuat oleh perusahaan farmasi Sanofi dan GSK yang berbasis di Eropa, adalah satu dari empat kandidat yang menerima miliaran dolar untuk pengembangan dari Operation Warp Speed, program pemerintahan Trump untuk mempercepat vaksin.
“Vaksin baru memiliki khasiat 75 persen terhadap penyakit sedang hingga berat. Ini menunjukkan 58 persen kemanjuran terhadap penyakit simtomatik dalam uji klinis Fase 3-nya,” sebut pernyataan Sanofi, seperti dikutip AFP, Kamis 13 Februari 2018.
Meskipun jumlah itu lebih rendah daripada yang diamati untuk vaksin mRNA yang dibuat oleh Pfizer-BioNTech dan Moderna dalam uji coba awal mereka, itu "sejalan dengan efektivitas vaksin yang diharapkan di lingkungan saat ini yang didominasi oleh varian yang menjadi perhatian," kata Sanofi dan GSK dalam sebuah pernyataan.
Digunakan sebagai dosis penguat setelah salah satu vaksin virus korona lain yang tersedia, suntikan Sanofi-GSK meningkatkan kadar antibodi sebesar 18 hingga 30 kali lipat. Perusahaan bermaksud untuk menyerahkan vaksin untuk otorisasi kepada pihak berwenang di Amerika Serikat dan Eropa, kata mereka pada hari Rabu.
Sanofi dan GSK diharapkan untuk meminta otorisasi untuk vaksin mereka tahun lalu, tetapi membatalkan rencana tersebut setelah uji klinis menunjukkan hasil yang mengecewakan pada orang dewasa yang lebih tua. Mereka kemudian mengembangkan versi vaksin yang lebih kuat dan mengujinya dalam uji coba baru.
Dalam studi laboratorium, dua dosis vaksin Sanofi-GSK menghasilkan lebih banyak antibodi penetralisir daripada vaksin mRNA yang disetujui, menurut perusahaan. Datanya belum dipublikasikan. Vaksin itu aman dan dapat ditoleransi dengan baik oleh orang dewasa dari segala usia, kata perusahaan itu.
Target terbaik vaksin Covid adalah protein yang disebut spike yang menutupi permukaan virus seperti mahkota. Sementara vaksin mRNA berisi instruksi genetik untuk membuat protein, vaksin Sanofi-GSK menggunakan versi protein itu sendiri yang sedikit dimodifikasi untuk merangsang respons imun.
Ini adalah pendekatan yang umum digunakan untuk vaksin, dan mungkin meyakinkan beberapa orang yang ragu-ragu untuk mengadopsi teknologi mRNA yang lebih baru. Vaksin berbasis protein juga relatif murah untuk diproduksi dan mungkin tidak memerlukan penyimpanan dingin yang diperlukan untuk vaksin mRNA. Fitur-fitur itu membuat mereka lebih mungkin menjadi kandidat untuk diluncurkan di negara-negara Afrika di mana cakupan vaksin masih sangat rendah.
Perusahaan farmasi Novavax bulan lalu mengajukan permohonan ke Food and Drug Administration (FDA) untuk otorisasi vaksin berbasis protein serupa.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id