“Dalam isu perubahan iklim global, kami sangat berkomitmen. Kami sangat ambisius. Saya berencana dalam pemerintahan baru saya untuk sepenuhnya menggunakan energi terbarukan dan ramah lingkungan,” ucap Prabowo.
“Dan kami berharap dapat mencapainya dalam waktu 10 tahun,” sambungnya, yang datang ke Brasil untuk menghadiri KTT G20.
Target itu ditetapkan Presiden Prabowo karena Indonesia sudah mulai mengembangkan teknologi pembuatan minyak solar dari sawit. Begitu pula dengan benzene, yang merupakan produk bensin dari olahan minyak sawit.
Kendati demikian, Presiden Prabowo mengakui biaya ekonominya masih belum menarik, sehingga Indonesia perlu menemukan prosedur baru yang lebih baik dalam dua hingga tiga tahun ke depan.
Presiden Prabowo optimistis lantaran Indoensia dinilai memiliki banyak sumber daya, seperti energi panas bumi yang 60 persen cadangannya ada di Indonesia. Ada juga panel fotovoltaik dan listrik dari energi matahari.
“Panel fotovoltaik dan listrik dari energi matahari sangat menarik. Kami sangat tersebar, dan memiliki banyak pulau, 17.000 pulau,” tuturnya.
Sekali lagi, Presiden Prabowo mengatakan kepada Guterres bahwa Indonesia sangat optimistis terhadap transisi energi ramah lingkungan. Komitmen Guterres selama ini terhadap isu perubahan iklim dan hukum internasional disebut turut menginspirasi Indonesia.
“Kami terinspirasi oleh Anda, oleh komitmen Anda terhadap perdamaian internasional dan hukum internasional. Dan kami berharap jika kami dapat mendukung Anda dengan lebih banyak cara, kami sangat bersedia melakukannya. Terima kasih banyak, Sekretaris Jenderal,” pungkas Presiden Prabowo.
Baca juga: Mengenal 'El Sol del Perú', Penghargaan Peru yang Diterima Prabowo
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News