"Serangan tanpa henti terhadap Navalny ini tidak tertahankan. Kami akan mengambil sanksi yang diperlukan dan hal tersebut akan menjadi tanggung jawab Putin serta otoritas Rusia," kata Le Drian, dilansir dari AFP, Kamis, 22 April 2021.
Navalny tahun lalu selamat dari serangan racun saraf yang diduga dilakukan pihak berwenang Rusia. Namun, kini kondisinya kurus dan lemah setelah ia mogok makan selama tiga pekan di penjara.
Dia dipenjara pemerintah Rusia karena kritikannya terhadap Presiden Putin. Sekutu Navalny mengatakan ia berisiko mengalami gagal ginjal atau serangan jantung jika masih terus mogok makan.
Baca: Presiden Ukraina Undang Putin Bertemu untuk Akhiri Ketegangan
"Saya harap kami tidak akan sampai (memberikan sanksi) ekstrem," ucap Le Drian.
Le Drian juga mengecam pengerahan ribuan pasukan Rusia di perbatasan dengan Ukraina timur. Hal tersebut perlu ditangani melalui diskusi daripada sanksi.
"Dia (Putin) adalah tetangga yang terkadang berbahaya, tapi dia masih di sana, jadi kami perlu terus melakukan dialog," seru dia.
Menurut dia, ini bukan keinginan Rusia untuk melakukan tindakan militer terhadap Ukraina. "Tapi menempatkan pasukan di perbatasan berisiko menimbulkan kecelakaan," seru dia.
Ukraina saat ini berusaha mencari dukungan internasional dalam kebuntuan hubungannya dengan Rusia. Pasalnya, pasukan yang dikerahkan Moskow semakin bertambah di perbatasan timur dan di Krimea, wilayah yang dianeksasi Rusia dari Kiev pada 2014.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News