Aparat keamanan bersiaga di samping tempat sampah yang dibakar demonstran di Marseille, Prancis, 1 Juli 2023. (CLEMENT MAHOUDEAU / AFP)
Aparat keamanan bersiaga di samping tempat sampah yang dibakar demonstran di Marseille, Prancis, 1 Juli 2023. (CLEMENT MAHOUDEAU / AFP)

Kerusuhan di Marseille Tewaskan Satu Pria, Diduga Libatkan Flash-Ball

Fajar Nugraha • 05 Juli 2023 08:08
Marseille: Jaksa Prancis telah membuka penyelidikan atas kematian seorang pria berusia 27 tahun yang terkena proyektil saat kerusuhan pada Sabtu, 1 Juli 2023. Hal ini dipastikan kantor Kejaksaan Marseille.
 
Pria itu meninggal pada Sabtu malam saat kota Marseille dilanda kerusuhan dan penjarahan. Tetapi jaksa penuntut mengatakan tidak mungkin untuk menentukan di mana pria itu ditembak atau apakah korban ikut serta dalam kerusuhan.
 
Selasa kemarin, jaksa mengatakan kemungkinan penyebab kematian di Marseille adalah kejutan keras di dada dari proyektil "flash-ball" seperti yang digunakan polisi anti huru-hara. Tetapi mereka tidak menyebutkan siapa yang menembak atau memiliki senjata tersebut. Dampak dari kejutan seperti itu adalah serangan jantung dan kematian mendadak.

Hampir seminggu kerusuhan terjadi seantero Prancis, yang dipicu kematian seorang remaja keturunan Afrika Utara di tangan polisi. Korban ditembak karena menolak berhenti dalam pemeriksaan lalu lintas di Nanterre, pinggiran kota Paris.
 
Kerusuhan terbesar pada Sabtu lalu terjadi di Marseille, di mana polisi menembakkan gas air mata dan melakukan pertempuran jalanan dengan pemuda di sekitar pusat kota hingga larut malam.
 
Senjata flash-ball dirancang untuk menjadi senjata pengendali kerusuhan yang tidak mematikan dan tidak menembus kulit. Namun penggunaannya oleh polisi di Prancis diperdebatkan karena proyektil telah menyebabkan hilangnya mata, cedera kepala, dan trauma lainnya.
 
Ketika kerusuhan tampaknya mereda pada Selasa kemarin, Presiden Emmanuel Macron bertemu dengan lebih dari 300 wali kota yang kotanya terkena dampak kekerasan untuk mengeksplorasi "alasan yang lebih dalam" untuk itu.
 
"Apakah kondisi sudah kembali tenang secara permanen? Saya akan berhati-hati, tetapi puncak yang kita lihat pada hari-hari sebelumnya telah berlalu," kata Macron dalam pertemuan di istana Elysee di Paris, menurut seorang peserta pertemuan, seperti dikutip AFP.
 
Pemerintah Prancis telah memerangi kerusuhan dan penjarahan sejak seorang polisi membunuh remaja Nahel M yang berusia 17 tahun dalam pemberhentian lalu lintas pada 27 Juni. Kematian Nahel menyalakan kembali tuduhan lama tentang rasisme sistemik di antara pasukan keamanan Prancis terhadap kelompok minoritas.
 
Para pengunjuk rasa bentrok dengan polisi antihuru-hara usai kematian Nahel, yang berlangsung setiap hari hingga saat ini.
 
"Tetapi pada Senin malam, kekerasan di kota-kota Prancis berkurang setengahnya dalam 24 jam, dengan 72 orang ditangkap di seluruh negeri," pernyataan Kementerian Dalam Negeri Prancis.

Denda perusuh

Dalam pertemuan dengan jajaran wali kota, Macron berharap untuk "memulai kerja keras jangka panjang yang diperlukan untuk memahami alasan mendalam yang menyebabkan peristiwa ini."
 
Tetapi dengan pejabat sayap kanan dan kiri saling menuding dan masing-masing pihak bersikeras pada solusi masing0masing. Macron mengatakan di akhir pertemuan bahwa mereka telah gagal menemukan "kebulatan suara."
 
"Pemerintah akan mencapai solusi yang sangat nyata selama musim panas. Kita harus beraksi selagi isu ini masih panas," ujar Macron.
 
Namun Zartoshte Bakhtiari, Wali Kota Neuilly-sur-Marne timur Paris, berkata, "Saya datang untuk mendengar presiden memberi kami visi, menetapkan arah. Saya tidak datang untuk sesi terapi kelompok."
 
Hampir 4.000 penangkapan telah dilakukan sejak Jumat, termasuk lebih dari 1.200 anak di bawah umur, menurut angka kementerian kehakiman. Macron menyarankan untuk mendenda orang tua dari anak-anak mereka yang terlibat dalam kerusuhan.
 
"Dengan kejahatan pertama, kita perlu menemukan cara untuk memberi sanksi kepada keluarga secara finansial," katanya, menurut komentar yang dilaporkan surat kabar Parisien.
 
Baca juga:  Orang Tua yang Anaknya Ikut Demo Prancis Bisa Dikenakan Denda Hingga Rp491 Juta
 
Selama pertemuan dengan jajaran wali kota, Macron juga berjanji mempercepat undang-undang baru yang memungkinkan bantuan cepat untuk membangun kembali bangunan, ruang publik, dan infrastruktur transportasi yang dirusak massa.
 
Organisasi pengusaha meminta pemerintah untuk membuat dana darurat "bagi mereka yang kehilangan segalanya."
 
Sementara itu, polisi mengatakan salah satu penumpang mobil yang dikemudikan Nahel M, yang menyerahkan diri ke petugas, telah diinterogasi untuk mengetahui penyebab pasti dari penembakan tersebut. Polisi yang melepaskan tembakan mematikan tetap ditahan hingga Selasa dengan dakwaan pembunuhan.
 
Terdapat sumbangan dari untuk keluarga dari polisi penembak Nahel, yang diluncurkan tokoh sayap kanan Jean Messiha. Dana telah terkumpul hingga lebih dari 1,5 juta euro. Sumbangan itu memicu kemarahan, khususnya di kalangan politikus sayap kiri.
 
Messiha mengatakan di media sosial bahwa ia menutup pengumpulan dana pada Selasa tengah malam. Sementara keluarga Nahel M mengatakan telah mengajukan tuntutan hukum atas langkah penggalangan dana tersebut.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WIL)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan