Pertarungan antara Partai Demokrat dan Republik di Phoenix, Arizona menjadi salah satu yang paling dinantikan. Pasalnya, Arizona menjadi salah satu negara bagian yang menentukan nasib partai yang akan berkuasa di Senat.
Matt Godsky, Wakil Presiden Direktur Urusan Publik di Matters of State Strategies dari Partai Demokrat mengaku sangat khawatir jika Republik menang, maka demokrasi di Negeri Paman Sam akan hilang.
"Saya pikir, fakta bahwa ada penentang pemilu yang mencalonkan diri sangat mengkhawatirkan. Saya khawatir mereka akan 'membongkar' demokrasi hari ini," katanya kepada partisipan Foreign Press Center: Midterm Election 2022 Tour, Jumat, 3 November 2022.
Saat ini, di Arizona, permasalahan yang kerap muncul adalah perubahan iklim, di mana negara bagian tersebut mengalami krisis air yang sangat buruk. "Hal itu sudah bertahun-tahun terjadi," ungkap Godsky.
Meski demikian, menurut Godsky, pemilu paruh waktu kali ini tidak menguntungkan partai berkuasa, Demokrat. "Tapi sekali lagi, saya berharap bisa melawan tren itu dan mempertahankan mayoritas di DPR dan Senat," sambungnya.
Ketakutan akan hilangnya demokrasi di AS terjadi setelah kerusuhan yang berujung aksi kekerasan pada 6 Januari 2021 di Gedung Capitol AS. Bahkan, jelang pemilu paruh waktu kali ini, sudah ada tekanan dalam memberikan suara.
Hal ini diungkapkan beberapa pembicara dalam program FPC, seperti Mi Familia Vota dan League of Women Voters. Dalam pernyataannya, Pinny Sheoran, Presiden League of Women Voters Arizona mengatakan, mereka terus bekerja keras untuk membantu para pemilih dalam memilih sesuai keyakinan dan hak mereka.
"Tugas kami membantu para pemilih untuk memilih dan terbebas dari intimidasi, ancaman atau paksaan," katanya. Sheoran menambahkan, selepas pemilu paruh waktu ini, League of Women Voters akan terus bekerja melawan ancaman terhadap demokrasi.
Sedangkan Carolina Rodriguez-Greer, Direktur Negara Bagian Arizona untuk Mi Familia Vota mengatakan, ia percaya demokrasi akan kembali membaik suatu saat ini.
"Saya percaya kepada warga Arizona, karena kami telah melewati pemimpin yang sangat berbahaya sebelumnya, dan ancaman berbahaya di komunitas kami. Saya percaya, demokrasi akan lebih baik ke depannya," sambung dia.
Setiap dua tahun setelah presiden menjabat, rakyat AS mengikuti pemilu paruh waktu untuk memutuskan pemegang mayoritas di kedua kamar Kongres, yaitu Dewan Perwakilan Rakyat dan Senat. Tak hanya itu, pemilu paruh waktu ini juga akan menentukan apakah presiden dapat meloloskan berbagai kebijakan baru, atau justru akan dijegal oposisi.
Semua 435 kursi di DPR ada dalam surat suara, serta 35 dari 100 kursi Senat. Jabatan gubernur juga diperebutkan di 36 negara bagian, dan ada pemilihan anggota parlemen tingkat negara bagian, sekretaris negara bagian dan jaksa agung.
Pemilu paruh waktu kali ini menjadi pertarungan habis-habisan antar Partai Demokrat dan Republik. Tahun ini, pemilu paruh waktu akan dilakukan pada 8 November mendatang.
Baca: Pemilihan Paruh Waktu Amerika Serikat, Apa Itu?
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News