Laporan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres kepada Dewan Keamanan PBB menggambarkan kondisi kehidupan yang memburuk bagi 39 juta orang Afghanistan meskipun pertempuran berakhir dengan pengambilalihan Taliban pada Agustus.
"Seluruh sistem sosial dan ekonomi yang kompleks sedang dimatikan," kata Guterres, seperti dikutip dari Channel News Asia, Senin 31 Januari 2022.
Laporan itu merupakan terbaru dalam serangkaian peringatan yang dikeluarkan Sekjen PBB dalam beberapa bulan terakhir, tentang krisis kemanusiaan dan ekonomi. Ini terjadi setelah Taliban merebut Kabul ketika pasukan asing pimpinan AS terakhir pergi dan donor internasional memotong bantuan keuangan yang penting.
Guterres merekomendasikan dewan untuk menyetujui restrukturisasi misi PBB untuk menangani situasi tersebut, termasuk pembentukan unit pemantauan hak asasi manusia baru.
“Misi PBB terus menerima tuduhan yang kredibel tentang pembunuhan, penghilangan paksa dan pelanggaran lainnya terhadap mantan pejabat, anggota pasukan keamanan dan orang-orang yang bekerja untuk kontingen militer internasional pimpinan AS meskipun amnesti umum diumumkan oleh Taliban,” kata laporan itu.
“Misi tersebut telah menetapkan sebagai laporan yang kredibel bahwa lebih dari 100 orang telah tewas -,lebih dari dua pertiga dari mereka diduga oleh Taliban atau afiliasi mereka,- sejak 15 Agustus,” sebut laporan tersebut.
Ada juga tuduhan yang kredibel tentang pembunuhan di luar proses hukum terhadap sedikitnya 50 orang yang diduga anggota cabang lokal kelompok militan Islamic State (ISIS), menurut laporan itu.
"Pembela hak asasi manusia dan pekerja media terus diserang, diintimidasi, dilecehkan, ditangkap secara sewenang-wenang, perlakuan buruk dan pembunuhan," pungkas laporan tersebut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News