"Kami terus bekerja dengan para mitra," kata Zelensky dalam pidato video malamnya, menambahkan bahwa ia mengharapkan beberapa hasil penting minggu depan dari serangkaian acara internasional yang membahas situasi Ukraina.
Meski Zelensky telah mengadakan banyak pembicaraan dengan Joe Biden, Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan sejak pasukan Rusia menginvasi pada akhir Februari, akumulasi diskusi hanya dalam waktu satu hari bukan peristiwa biasa.
Zelensky berterima kasih kepada Biden atas bantuan pertahanan dan keuangan yang belum pernah terjadi sebelumnya yang diberikan Amerika Serikat untuk Ukraina dan berbicara dengan presiden AS tentang sistem pertahanan anti-pesawat yang efektif untuk melindungi penduduk.
Biden menyoroti selama panggilan pada hari Minggu, 11 Desember 2022 bagaimana Amerika Serikat memprioritaskan upaya untuk meningkatkan pertahanan udara Ukraina melalui bantuan yang ditawarkannya, Gedung Putih mengatakan dalam pernyataan.
"Keterbukaan yang dinyatakan Zelensky untuk perdamaian yang adil berdasarkan prinsip-prinsip dasar yang diabadikan dalam Piagam PBB," sebut Gedung Putih.
Baca: Dibantu Banyak, Zelensky Ucapkan Terima Kasih ke Joe Biden
Sebelumnya, Zelensky mengatakan bahwa dia mengadakan percakapan sangat berarti dengan Macron tentang pertahanan, energi, ekonomi, diplomasi yang berlangsung lebih dari satu jam dan pembicaraan sangat spesifik dengan Erdogan untuk memastikan ekspor biji-bijian Ukraina.
Turki, yang bertindak sebagai mediator dalam pembicaraan damai di bulan-bulan awal perang, juga bekerja sama dengan PBB dalam kesepakatan biji-bijian. Kesepakatan itu yang membuka pelabuhan Ukraina untuk ekspor pada Juli setelah blokade de facto Rusia selama enam bulan.
Kantor Kepresidenan Erdogan mengatakan pemimpin Turki itu melakukan panggilan telepon dengan Presiden Rusia Vladimir Putin pada hari Minggu 11 Desember 2022 dimana dia menyerukan agar konflik segera diakhiri.
Putin mengatakan pekan lalu bahwa Moskow kehilangan kepercayaan hampir total di Barat akan membuat penyelesaian akhir atas Ukraina jauh lebih sulit untuk dicapai dan memperingatkan perang yang berlarut-larut.
Macron telah memperjuangkan diplomasi dalam konflik tersebut, tetapi pesannya yang beragam bahwa Kyiv yang memutuskan kapan harus bernegosiasi dengan Moskow, tetapi juga bahwa jaminan keamanan diperlukan untuk Rusia telah membuat bingung beberapa sekutu Barat, Kyiv dan negara-negara Baltik.
Tidak ada pembicaraan damai dan tidak ada akhir dari konflik paling mematikan di Eropa sejak Perang Dunia II, yang disebut Moskow sebagai operasi militer khusus dan Ukraina serta sekutunya sebagai tindakan agresi yang tidak beralasan.
Moskow tidak menunjukkan tanda-tanda siap untuk menghormati kedaulatan Ukraina dan perbatasan sebelum perang. Moskow juga mengatakan empat wilayah yang diklaim telah dianeksasi dari Ukraina pada bulan September adalah bagian dari Rusia selamanya. Pemerintah di Kyiv telah mengesampingkan penyerahan tanah apa pun ke Rusia dengan imbalan perdamaian.
Di darat di Ukraina seluruh garis depan timur terus menerus dibombardir dengan pertempuran sengit yang terjadi. Moskow juga menargetkan infrastruktur energi Ukraina dengan gelombang serangan rudal dan pesawat tak berawak, terkadang memutus aliran listrik untuk jutaan warga sipil di musim dingin, ketika suhu rata-rata bisa beberapa derajat di bawah nol Celcius. (Mustafidhotul Ummah)
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun Google News Medcom.id
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News