Pernyataan terbaru Zelensky disampaikan dalam wawancara dengan Wall Street Journal (WSJ) pada Jumat, 22 Juli 2022.
"Masyarakat kami meyakini bahwa semua wilayah harus direbut kembali terlebih dahulu, dan barulah kami dapat menegosiasikan apa yang harus dilakukan dan bagaimana kami bisa hidup dalam beberapa abad ke depan," ucap Zelensky, dikutip dari rnz.co.nz.
"Kebutuhan mendesak kami adalah sistem pertahanan udara yang dapat mencegah serangan rudal jarak jauh Rusia, yang ditembakkan ratusan kilometer dari garis terdepan," sambungnya.
Zelensky mengatakan sistem roket artileri HIMARS sangat membantu pasukan Ukraina, namun ia mengaku membutuhkan lebih banyak lagi persenjataan semacam itu.
"Pasokan HIMARS dari Barat, walau memang dapat memberikan perbedaan, masih relatif rendah dari apa yang dibutuhkan Ukraina untuk membalikkan keadaan," sebut Zelensky.
Jumat kemarin, Rusia dan Ukraina telah menandatangani perjanjian dalam membuka kembali pelabuhan Laut Hitam untuk mengekspor gandum. Perjanjian ini meningkatkan harapan komunitas global atas krisis pangan yang terdampak invasi Rusia.
Namun, perwakilan dari kedua negara membantah telah menyepakati perjanjian itu dalam satu meja. Keduanya juga menghindari berjabat tangan dalam seremoni kesepakatan di Istanbul, Turki.
Perjanjian tersebut dimediasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan Turki.
Rusia dan Ukraina adalah pengekspor gandum terbesar di dunia. Invasi Rusia ke Ukraina telah membuat harga pangan melonjak, memperburuk krisis makanan yang disebut Program Makanan Dunia (WFP) membuat 47 juta orang mengalami "kelaparan akut."
Ukraina memiliki pasokan gandum senilai USD10 miliar untuk dijual usai perjanjian, dan juga berkesempatan menjual hasil panen tahun ini, ucap Zelensky.
"Hal ini mendemonstrasikan bahwa Ukraina dapat bertahan di tengah perang," pungkasnya.
Baca: Kabar Baik! Rusia-Ukraina Sepakati Melanjutkan Ekspor Gandum Lewat Laut Hitam
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News