Rencana pencabutan label disampaikan kurang dari tiga pekan usai Trump memerintahkan pelabelan teroris terhadap Houthi.
Mantan Menlu AS Mike Pompeo mendeklarasikan Houthi sebagai organisasi teroris pada 19 Januari, satu hari sebelum Biden dilantik sebagai presiden.
"Langkah kami diambil dengan mempertimbangkan konsekuensi kemanusiaan yang muncul akibat keputusan pemerintahan terdahulu," ucap seorang pejabat Kementerian Luar Negeri AS.
"Perserikatan Bangsa-Bangsa dan sejumlah organisasi kemanusiaan sepakat bahwa (langkah penetapan Houthi sebagai grup teroris) itu dapat memperburuk krisis kemanusiaan di Yaman," sambungnya, dilansir dari laman DW pada Sabtu, 6 Februari 2021.
Trump sempat mendapat kecaman dari sejumlah pihak atas keputusannya melabeli Houthi sebagai teroris. Pelabelan dikhawatirkan dapat semakin memperburuk situasi di Yaman, terutama di kalangan warga sipil yang hidup menderita dalam beberapa tahun terakhir.
Pengumuman mengenai rencana pencabutan disampaikan satu hari usai pemerintahan Biden menghentikan dukungan untuk kampanye militer Arab Saudi di Yaman.
Saudi mengintervensi konflik Yaman pada 2015 untuk mendukung pemerintahan resmi Presiden Abedrabbo Mansour Hadi. Langkah intervensi mendapat lampu hijau dari pemerintahan AS di bawah Barack Obama usai Houthi menguasai banyak wilayah di Yaman.
Baca: Arab Saudi Cegat Serangan Udara Houthi di Riyadh
Intervensi Arab Saudi membuat situasi di Yaman semakin buruk bagi warga sipil. Situasi ini semakin diperburuk munculnya pandemi virus korona (covid-19).
PBB menyebut situasi di Yaman sebagai krisis kemanusiaan terburuk di era modern, dengan lebih dari 80 persen warganya membutuhkan bantuan darurat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News