“Informasi tentang koridor dari Kiev, Chernihiv, Sumy, Kharkiv dan Mariupol akan dikirim ke Wakil Perdana Menteri Ukraina Iryna Vereshchuk,” kata Mikhail Mizintsev, kepala Pusat Kontrol Pertahanan Nasional Rusia, seperti dikutip dari Tass.
Baca: Lebih dari 2 Juta Orang Telah Mengungsi dari Ukraina.
Vereshchuk mengatakan, sebelumnya padaSelasa bahwa pihak berwenang sekali lagi tidak dapat mengevakuasi warga sipil dari Mariupol.
"Mengingat situasi kemanusiaan yang memburuk dan untuk memastikan keselamatan warga sipil dan warga asing, Rusia akan menerapkan rezim diam mulai pukul 10.00 pagi waktu Moskow pada 9 Maret dan siap menyediakan koridor kemanusiaan," imbuh Mizintsev.
Mizintsev sebelumnya mengatakan pihak berwenang Ukraina telah menyetujui hanya satu rute evakuasi sipil dari daerah-daerah yang terkena dampak pertempuran dari 10 yang diusulkan, termasuk lima menuju wilayah yang dikendalikan oleh Kiev.
2 juta pengungsi
Lebih dari 2 juta orang telah mengungsi dari Ukraina sejak Rusia melancarkan "operasi militer khusus" di negara tersebut sekitar dua pekan lalu. Menurut data Dana Anak-Anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNICEF), separuh dari total pengungsi itu adalah anak-anak."Ini adalah krisis pengungsian dengan peningkatan angka tercepat di Eropa sejak Perang Dunia II," ucap Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsian Filippo Grandi, dikutip dari laman CGTN, Rabu, 9 Maret 2022.
Di saat lebih dari 2 juta orang meninggalkan Ukraina menuju beberapa negara tetangga, jutaan lainnya telantar atau terjebak peperangan di dalam negeri.
PBB mengestimasi sekitar total 4 juta warga akan meninggalkan Ukraina akan operasi militer Rusia. Sementara Uni Eropa memprediksi angkanya dapat mencapai lima juta jiwa.
Sementara itu pada Selasa kemarin, ribuan warga sipil mulai meninggalkan wilayah Sumy di Ukraina yang dikepung pasukan Rusia. Evakuasi warga dilakukan di bawah kesepakatan koridor kemanusiaan antara Ukraina dan Rusia.
Warga sipil telah terperangkap dalam pertempuran sejak pasukan Rusia menginvasi Ukraina pada 24 Februari. Moskow menyebut tindakannya di Ukraina sebagai operasi militer khusus, namun Barat melabelinya sebagai invasi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News