Dilansir dari Channel News Asia, Senin, 18 Oktober 2021, keluarga Amess mengatakan, "benar-benar hancur" oleh kematian Amess. "Tetapi kami akan bertahan dan melanjutkan demi pria yang luar biasa dan menginspirasi," ungkap mereka.
Sebelumnya, pria berusia 69 tahun ini diketahui ditikam beberapa kali hingga tewas saat bertemu dengan warga di sebuah gereja di Leigh on Sea, London Timur pada Jumat, 15 Oktober.
Polisi telah menahan seorang pria berusia 25 tahun di bawah Undang-Undang (UU) Terorisme, namun hingga tersangka belum didakwa.
Baca: Anggota Parlemen Inggris Tewas, Gereja Ini Kibarkan Bendera Setengah Tiang
Sabtu kemarin, penyidik mengatakan bahwa mereka tengah menelusuri tiga alamat di daerah London terkait penikaman Amess. Pihak kepolisian pun disebut-sebut terus berjaga di depan sebuah rumah tiga lantai di distrik Kentish Town, London Utara yang diduga sebagai kediaman pelaku.
Seorang tetangga mengatakan kepada AFP dirinya tidak menyangka tersangka pembunuhan tinggal di rumah tersebut. "Kami tahu keluarganya, mereka orang-orang yang menyenangkan. Mereka memiliki tiga putra," ujarnya.
Melalui sumber resmi, media lokal mengidentifikasi tersangka sebagai Ali Harbi Ali. Ia diketahui merupakan warga negara Inggris keturunan Somalia yang telah dirujuk ke Prevent, skema kontra-teroris resmi bagi mereka yang dianggap berisiko terkena radikalisasi.
Badan Keamanan Domestik menjelaskan kepada BBC, Ali diyakini tidak menghabiskan waktu lama untuk skema ini. Ia tidak pernah menjadi subjek yang dicurigai dapat melakukan aksi teror di masa mendatang.
Kepolisian Inggris pun menerangkan kepada The Sunday Times, tersangka diyakini bertindak sendiri dan telah terkena radikalisasi. Terdapat kemungkinan, Ali telah terinspirasi gerilyawan terkait Al-Qaeda di Somalia, yaitu Al-Shabaab. (Nadia Ayu Soraya)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News