Sebuah video kedua, yang diduga direkam saat dirinya ditahan pada Senin kemarin, juga dirilis ke publik.
Hasil penghitungan suara oleh komisi elektoral Belarusia memperlihatkan petahana Alexander Lukashenko meraih 80 persen suara, sementara Tikhanovskaya hanya 9,9 persen. Oposisi mengecam hasil tersebut, yang dinilai sarat kecurangan.
Aksi protes berujung bentrokan pun terjadi antara pendukung Tikhanovskaya dan petugas keamanan di Minsk serta kota-kota lainnya di Belarusia. Lukashenko, yang telah memimpin Belarusia sejak 1994, menyebut para pengunjuk rasa sebagai "domba" yang dikendalikan dari luar negeri.
Tikhanovskaya sempat ditahan selama tujuh jam saat mengajukan keluhan atas hasil pilpres. Dalam sebuah video yang ditujukan kepada para pendukungnya, ia mengaku terlalu gegabah dalam menilai kekuatannya sendiri.
"Saya berpikir kampanye ini telah menguatkan saya, telah memberikan kekuatan dan menegaskan bahwa saya dapat menghadapi apapun," kata Tikhanovskaya, dikutip dari BBC, Rabu 12 Agustus 2020.
"Tapi saya rasa saya masih seorang perempuan lemah seperti dulu," sambungnya.
Ia mengatakan keputusannya kabur ke Lithuania "diputuskan secara independen" tanpa ada pengaruh dari siapapun. Tikhanovskaya telah mengirim anak-anaknya ke Lithuania sebelum pilpres.
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Lithuania Linas Linkevicius mengonfirmasi bahwa Tikhanovskaya berada dalam kondisi "aman." Ia menilai kepergian Tikhanovskaya dari Belarusia ke Lithuania sebagai keputusan "rasional."
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News