Dengan penarikan pasukan AS dan berkuasanya Taliban di Afghanistan, "saya rasa al-Qaeda memiliki kesempatan, dan mereka akan memanfaatkan kesempatan itu," tutur Chris Costa, direktur antiterorisme di era pemerintahan Donald Trump.
"(Kemenangan Taliban) ini adalah peristiwa yang menggembirakan bagi para ekstremis di luar sana," sambungnya, dilansir dari laman TOI, Selasa, 24 Agustus 2021.
Jumlah personel al-Qaeda menurun drastis selama invasi AS di Afghanistan sejak 2001. Jika al-Qaeda masih ada, grup tersebut diyakini masih belum mampu untuk melancarkan serangan berskala besar seperti 9/11 dalam waktu dekat.
Namun sebuah laporan pada Juni lalu dari Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa menyebutkan bahwa kepemimpinan senior al-Qaeda masih ada di Afghanistan beserta ratusan militannya.
Disebutkan dalam laporan bahwa Taliban, yang melindungi al-Qaeda sebelum terjadinya serangan 9/11, "tetap berhubungan dekat atas dasar persahabatan, histori perjuangan, simpati ideologi, dan pernikahan antar grup."
Jumat lalu, juru bicara Kementerian Pertahanan AS atau Pentagon mengonfirmasi bahwa al-Qaeda masih ada di Afghanistan. Ia mengaku sulit menentukan jumlah personel al-Qaeda saat ini karena kapasitas AS di Afghanistan juga sudah jauh berkurang.
"Mereka (anggota al-Qaeda) tidak beraktivitas dengan memakai kartu tanda anggota atau terdaftar di mana pun," sebut Kirby.
Pernyataan Kirby mementahkan klaim Presiden AS Joe Biden yang mengatakan al-Qaeda sudah tidak ada lagi di Afghanistan. Biden menyebut itu merupakan salah satu alasan mengapa AS harus mengakhiri misinya di Afghanistan.
Baca: Biden Klaim Tak Ada al-Qaeda di Afghanistan, Pentagon Langsung Membantah
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News