Navalny, musuh lama Presiden Rusia Vladimir Putin, dijatuhi dakwaan penipuan dan penghinaan terhadap pengadilan. Pendukung Navalny mengecam kasus tersebut dan menyebutnya sebagai upaya Kremlin untuk membungkam pejuang antikorupsi di penjara selama mungkin.
Pengadilan dipindahkan ke sebuah penjara yang berjarak hanya beberapa jam dari Moskow, di mana Navalny menjalani hukuman pelanggaran parole (pembebasan bersyarat). Pemindahan ini mengundang kecaman publik lantaran mengurangi akses bagi media dan pendukung oposisi.
Navalny, 45, hadir di ruang pengadilan dengan memakai baju tahanan. "Orang-orang ini, yang memerintahkan pengadilan ini, mereka sangat takut," ujar Navalny dalam sidang, dilansir dari NPR, Rabu, 16 Februari 2022.
"(Takut) akan apa yang saya sampaikan dalam sidang ini, (takut) masyarakat akan melihat bahwa kasus ini dibuat-buat," sambungnya.
Pendukung Navalny mengatakan ia terancam 15 tahun penjara, ditambah hukuman yang dijatuhi padanya tahun lalu.
Kasus dan penindakan hukum pemimpin oposisi Rusia ini berlangsung di saat dunia terfokus pada ketegangan Rusia-Barat yang didorong kekhawatiran Rusia menginvasi Ukraina.
Ditanya mengenai Navalny setelah berbicara dengan Putin, Kanselir Jerman Olaf Scholz mengatakan, "Hukuman (terhadap Navalny) bertentangan dengan prinsip-prinsip hukum."
Scholz sebelumnya menjabat sebagai wakil kanselir pada 2020, ketika Navalny dibawa ke Jerman karena terkena racun kimia. Navalny menuduh Kremlin sebagai dalang pemberian racun tersebut, yang disangkal oleh para pejabat Rusia.
Pulang dari Jerman pada Januari 2021, Navalny langsung ditahan. Dalam tahanan, ia menghabiskan lima bulan dalam masa pemulihan. Tak lama setelah ditahan, ia dijatuhi hukuman 2,5 tahun penjara atas pelanggaran pembebasan bersyarat.
Hukuman pelanggaran pembebasan bersyaratnya berasal dari putusan 2014 dalam kasus penipuan yang ditangguhkan. Menurut Navalny, kasus tersebut sarat muatan politik.
Setelah memenjarakan Navalny, pihak berwenang Rusia mulai menargetkan para rekan dan pendukungnya. Rekan-rekan terdekatnya meninggalkan Rusia lantaran dikenai sejumlah tuduhan kejahatan.
Selain itu, Yayasan Anti-Korupsi yang didirikan Navalny dinyatakan sebagai kelompok ekstremis. Yayasan dengan sekitar 40 kantor cabang wilayah tersebut ditutup dan satu per satu anggotanya dituntut.
Baca: Rusia Masukkan Pemimpin Oposisi Alexei Navalny ke Daftar Teroris
"Navalny dipenjara sebagai politisi. Ia membicarakan kebenaran, mencalonkan diri sebagai presiden, dan karenanya Putin mencoba membunuhnya dan memasukkannya ke dalam penjara," tulis Ivan Zhdanov, salah satu pendukung Navalny.
Tuntutan yang kini dihadapi Navalny merupakan tuduhan penggelapan uang atas dana yang bertahun-tahun dikumpulkan yayasannya Tuduhan lain adalah mengenai penghinaan hakim dalam sidang tahun lalu, di mana ia disebut memfitnah veteran Perang Dunia II.
Proses persidangan Navalny yang berikutnya akan dilanjutkan pada 21 Februari mendatang. (Kaylina Ivani)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News