KTT G7 tahun ini berfokus pada komitmen mendukung Ukraina sekaligus meningkatkan tekanan terhadap Rusia.
Invasi Rusia tidak hanya berdampak buruk terhadap Ukraina, namun juga memicu beragam krisis di level global. Masyarakat rentan, mulai dari Timur Tengah hingga ke Tanduk Afrika, kesulitan mendapat pasokan makanan sebagai imbas dari perang di Ukraina.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Amerika Serikat (AS) beserta para sekutunya pernah menuduh Presiden Rusia Vladimir Putin secara sengaja menjadikan kelaparan di sejumlah negara sebagai senjata.
"Aksi-aksi Putin merupakan pusat dari berbagai masalah yang kita lihat di seluruh dunia saat ini dalam konteks ketahanan pangan," ujar seorang pejabat senior AS.
"Ia telah mencekik produksi makanan dan sektor pertanian, dan juga menggunakan makanan sebagai senjata perang," sambungnya, dikutip dari NBC News, Selasa, 28 Juni 2022.
Ukraina merupakan pemasok utama gandum, jagung, dan minyak biji bunga matahari bagi negara-negara termiskin di dunia. Namun, ekspor makanan dari Ukraina terhenti sejak Rusia melancarkan invasi pada 24 Februari.
Karena banyak pelabuhan Ukraina diblokade Rusia, lonjakan harga pangan global pun tak terhindarkan. Dampak terburuk dari krisis ini dirasakan negara-negara berpenghasilan menengah ke bawah hingga rendah.
Agensi Pertumbuhan Internasional AS (USAID) mengestimasi bahwa saat ini ada 750 ribu orang berisiko mengalami kelaparan di seluruh dunia akibat terkena imbas perang di Ukraina.
Dalam beberapa pekan terakhir, aksi protes mengecam masalah pangan global terjadi di banyak negara di dunia.
Baca: Hadiri KTT G7, Jokowi: Atasi Krisis Pangan Jadi Harga Mati