Turki adalah pendukung pemerintahan resmi Libya, yakni Pemerintahan Perjanjian Nasional atau GNA.
Di bawah komando Erdogan, Turki meningkatkan dukungan militer kepada GNA dalam upaya memerangi Pasukan Nasional Libya (LNA) yang dipimpin Khalifa Haftar. Sejak tahun lalu, LNA terus berusaha merebut ibu kota Libya, Tripoli.
Secara resmi AS juga mendukung GNA. Namun, LNA didukung beberapa mitra AS, yakni Mesir, Uni Emirat Arab, Arab Saudi, dan juga Rusia.
Pasukan Turki, terutama jajaran pesawat tanpa awak (drone) milik mereka, telah membantu menghalau LNA dari Tripoli dalam beberapa pekan terakhir. Berkat bantuan Turki, GNA berhasil mempertahankan kendali penuh wilayah ibu kota.
Menurut keterangan Gedung Putih, dilansir dari Middle East Eye, Selasa 9 Juni 2020, Trump dan Erdogan memang telah mendiskusikan isu perang di kawasan Afrika Utara, konflik di Suriah, masalah-masalah lain di wilayah Mediterania. Gedung Putih tidak mengelaborasi lebih jauh.
Mesir telah menyerukan adanya gencatan senjata antara GNA dan LNA pada Senin kemarin. Mesir juga telah menyerukan inisiatif mengenai pembentukan dewan kepemimpinan terpilih di Libya. Rusia dan UEA menyambut baik inisiatif Mesir tersebut.
Namun Erdogan mengatakan bahwa GNA akan terus berjuang merebut kembali kota pesisir Sirte dan pangkalan udara Jufra dari tangan LNA.
"Sekarang tujuan (GNA) adalah menguasai keseluruhan Sirte," tutur Erdogan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News