Pernyataan tersebut disampaikan Putin dalam pertemuan dengan jajaran pejabat pemerintah Rusia. Ia mengatakan pembantaian pada pekan kemarin itu dilakukan para ekstremis "yang ideologinya telah diperjuangkan mereka selama berabad-abad."
Putin, yang mengatakan pada akhir pekan kemarin bahwa keempat penyerang ditangkap ketika mencoba melarikan diri ke Ukraina, tidak menyebutkan afiliasi kelompok Islamic State (ISIS), yang dikenal sebagai ISIS-K. Padahal, ISIS-K mengeklaim bertanggung jawab atas serangan di gedung Crocus City Hall dekat Moskow.
Seperti sebelumnya, mengutip dari laman inews.co.uk, Selasa, 26 Maret 2024, Putin menahan diri untuk tidak menyebutkan nama ISIS atau ISIS-K dalam pidato terbaru di hari Senin.
Putin juga tidak menyebutkan siapa yang memerintahkan serangan tersebut, namun mengatakan bahwa penting untuk mencari tahu "mengapa para teroris mencoba melarikan diri ke Ukraina setelah beraksi, dan siapa yang menunggu mereka di sana."
Setelah afiliasi ISIS mengaku bertanggung jawab, intelijen AS mendukung klaim tersebut.
Presiden Prancis Emmanuel Macron juga mengatakan Prancis memiliki informasi intelijen yang menunjukkan bahwa "entitas ISIS" bertanggung jawab atas serangan di Moskow.
Baca juga: Pembantaian di Moskow Dorong Prancis Naikkan Kewaspadaan ke Level Tertinggi
Sebelumnya pada hari Senin, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov menolak menyalahkan pihak tertentu, dan mendesak wartawan untuk menunggu hasil penyelidikan di Rusia.
Dia juga menolak mengomentari laporan bahwa AS telah memperingatkan pihak berwenang di Moskow pada tanggal 7 Maret tentang kemungkinan akan terjadinya serangan teroris, dan mengatakan bahwa informasi intelijen tersebut bersifat rahasia.
Saat Putin berbicara, seruan meningkat di Rusia untuk menghukum keras mereka yang berada di balik serangan Moskow.
Empat pria telah didakwa oleh pengadilan Moskow pada Minggu malam dengan menggunakan pasal terorisme. Saat hadir di pengadilan, mereka menunjukkan tanda-tanda dipukuli dengan kejam.
Kelompok kebebasan sipil menyebut hal tersebut sebagai tanda bahwa catatan buruk Rusia mengenai hak asasi manusia di bawah kepemimpinan Putin akan semakin memburuk.
Perdana Menteri Rusia Mikhail Mishustin mengatakan penyelidikan masih berlangsung, namun berjanji bahwa "para pelakunya akan dihukum, dan mereka tidak pantas mendapatkan belas kasihan."
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News