"Ya, saya bersumpah," ungkap Anibal Torres, pengacara yang ditunjuk memegang jabatan perdana menteri, dikutip dari Channel News Asia, Rabu, 9 Februari 2022.
Torres, 79, telah menjadi kepala Kementerian Kehakiman sejak pemerintahan saat ini mengambil alih kekuasaan pada Juli.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Pemerintahan enam bulan Castillo ditandai kemunduran dan perjuangan internal dalam pemerintahan. Tak hanya itu, serangan sayap kanan radikal juga semakin menjadi untuk memakzulkannya.
Sepekan lalu, Castillo menunjuk kabinet ketiganya setelah pengunduran diri mengejutkan dari PM Mirtha Vasquez karena ketidaksepakatan atas promosi di kepolisian.
Sebagai gantinya, presiden menunjuk pengacara dan anggota parlemen, Hector Valer Pinto. Namun, begitu menjabat, ada laporan mengenai dugaan kekerasan dalam rumah tangga.
Tiga hari kemudian, Castillo mengumumkan akan merombak kabinet lagi.
"Castillo tampaknya tersesat dalam labirin dan pertanyaannya adalah ke mana dia akan keluar darinya. Itulah mengapa orang Peru hidup dalam kecemasan yang besar, karena mereka tidak tahu apa yang akan terjadi," kata analis politik dan mantan duta besar Hugo Otero.
Tetapi bagi analis politik Eduardo Ballon, kesengsaraan Castillo hanyalah 'kelanjutan dari krisis yang sudah berlangsung lama' dalam sistem politik Peru.
Sejak 2017, Peru berulang kali mengalami ketidakstabilan setelah para pemimpin politik mulai mendorong mosi "kekosongan" di Kongres, untuk secara tiba-tiba menyingkirkan presiden.
Hal ini membuat Peru memiliki tiga presiden dalam lima hari pada November 2020. Torres sekarang memiliki waktu 30 hari untuk mendapatkan mosi percaya dari Kongres untuk kabinet baru.
Jika parlemen sayap kanan yang dikuasai oposisi menolaknya, Torres harus mengundurkan diri dan Castillo harus membentuk Kabinet kelima.
Baca: Baru 3 Hari Menjabat, PM Peru Mengundurkan Diri Akibat Tuduhan KDRT