Jenewa: Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Tedros Adhanom Ghebreyesus menegaskan seluruh negara harus bersama-sama bertindak mengatasi pandemi covid-19. Kenyataannya, tidak semua bersatu mengatasi virus ini.
Tedros mengatakan, pekan lalu, kasus covid-19 ke 200 juta dilaporkan ke WHO hanya enam bulan setelah dunia melewati 100 juta kasus yang dilaporkan. Menurutnya semua pihak tahu bahwa jumlah kasus sebenarnya jauh lebih tinggi.
“Seperti yang saya katakan baru-baru ini, apakah kita mencapai 300 juta, dan seberapa cepat kita sampai di sana tergantung pada kita semua,” ujar Tedros dalam pernyataan yang diterima Medcom.id, Kamis 12 Agustus 2021.
“Pada lintasan saat ini, kita bisa melewati 300 juta kasus yang dilaporkan awal tahun depan. Tapi kita bisa mengubah itu,” ungkapnya.
“Kita semua bersama-sama, tetapi dunia tidak bertindak seperti itu,” imbuh Tedros.
Menurutnya, dunia sudah memiliki banyak alat untuk mencegah, menguji, dan mengobati covid-19, termasuk penghambat oksigen, deksametason, dan IL-6. Tetapi masih membutuhkan lebih banyak, untuk pasien di semua ujung spektrum klinis, dari penyakit ringan hingga berat. Semua pihak membutuhkan petugas kesehatan yang terlatih untuk menggunakannya di lingkungan yang aman.
Pada Oktober, WHO melaporkan hasil uji Solidarity, yang menguji empat perawatan untuk covid-19, yang melibatkan hampir 13.000 pasien di 500 rumah sakit di 30 negara. Uji coba itu menunjukkan bahwa keempat obat tersebut memiliki sedikit atau tidak berpengaruh pada pasien rawat inap dengan virus korona.
“Kami mengharapkan hasil akhir dari uji coba itu bulan depan. Hari ini kami dengan senang hati mengumumkan fase berikutnya dalam uji coba Solidarity, yang disebut Solidarity PLUS,” ujar Tedros.
Solidarity PLUS akan menguji tiga obat: artesunat, pengobatan untuk malaria berat; imatinib, obat untuk kanker tertentu; dan infliximab, pengobatan untuk gangguan sistem kekebalan tubuh seperti penyakit Crohn.
Obat-obatan ini dipilih oleh panel ahli independen yang mengevaluasi semua bukti yang tersedia pada semua terapi potensial.
Uji coba melibatkan ribuan peneliti di lebih dari 600 rumah sakit di 52 negara.
“Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada pemerintah, rumah sakit, peneliti dan pasien yang berpartisipasi dalam uji coba, serta tiga produsen yang telah menyumbangkan obat untuk uji coba: Ipca, Novartis dan Johnson & Johnson,” imbuh Tedros.
Salah satu negara pertama yang mendaftarkan pasien dalam uji coba Solidarity PLUS adalah Finlandia.
Tedros mengatakan, pekan lalu, kasus covid-19 ke 200 juta dilaporkan ke WHO hanya enam bulan setelah dunia melewati 100 juta kasus yang dilaporkan. Menurutnya semua pihak tahu bahwa jumlah kasus sebenarnya jauh lebih tinggi.
“Seperti yang saya katakan baru-baru ini, apakah kita mencapai 300 juta, dan seberapa cepat kita sampai di sana tergantung pada kita semua,” ujar Tedros dalam pernyataan yang diterima Medcom.id, Kamis 12 Agustus 2021.
“Pada lintasan saat ini, kita bisa melewati 300 juta kasus yang dilaporkan awal tahun depan. Tapi kita bisa mengubah itu,” ungkapnya.
“Kita semua bersama-sama, tetapi dunia tidak bertindak seperti itu,” imbuh Tedros.
Menurutnya, dunia sudah memiliki banyak alat untuk mencegah, menguji, dan mengobati covid-19, termasuk penghambat oksigen, deksametason, dan IL-6. Tetapi masih membutuhkan lebih banyak, untuk pasien di semua ujung spektrum klinis, dari penyakit ringan hingga berat. Semua pihak membutuhkan petugas kesehatan yang terlatih untuk menggunakannya di lingkungan yang aman.
Pada Oktober, WHO melaporkan hasil uji Solidarity, yang menguji empat perawatan untuk covid-19, yang melibatkan hampir 13.000 pasien di 500 rumah sakit di 30 negara. Uji coba itu menunjukkan bahwa keempat obat tersebut memiliki sedikit atau tidak berpengaruh pada pasien rawat inap dengan virus korona.
“Kami mengharapkan hasil akhir dari uji coba itu bulan depan. Hari ini kami dengan senang hati mengumumkan fase berikutnya dalam uji coba Solidarity, yang disebut Solidarity PLUS,” ujar Tedros.
Solidarity PLUS akan menguji tiga obat: artesunat, pengobatan untuk malaria berat; imatinib, obat untuk kanker tertentu; dan infliximab, pengobatan untuk gangguan sistem kekebalan tubuh seperti penyakit Crohn.
Obat-obatan ini dipilih oleh panel ahli independen yang mengevaluasi semua bukti yang tersedia pada semua terapi potensial.
Uji coba melibatkan ribuan peneliti di lebih dari 600 rumah sakit di 52 negara.
“Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada pemerintah, rumah sakit, peneliti dan pasien yang berpartisipasi dalam uji coba, serta tiga produsen yang telah menyumbangkan obat untuk uji coba: Ipca, Novartis dan Johnson & Johnson,” imbuh Tedros.
Salah satu negara pertama yang mendaftarkan pasien dalam uji coba Solidarity PLUS adalah Finlandia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News