Meski grup tersebut mengklaim akan melakukan demonstrasi damai, polisi tetap mengantisipasi kemungkinan hal-hal yang tidak diinginkan.
Tiga aksi protes tandingan juga akan digelar di Washington pada hari yang sama. Otoritas lokal mengaku akan memastikan dua grup yang saling bertentangan ini tidak akan bertemu dalam unjuk rasa "Justice for J6."
"Ada ancaman aksi kekerasan yang diasosiasikan dengan acara unjuk rasa besok. Kami akan memastikan unjuk rasa berjalan damai,"kata Kepala Kepolisian Capitol Tom Manger dalam konferensi pers pada Jumat kemarin.
"Jika aksi kekerasan benar-benar terjadi, maka kami akan menghentikannya secepat mungkin," sambung dia, dilansir dari laman Sputnik.
Manger mengaku belum dapat memastikan apakah ancaman aksi kekerasan yang disampaikan via internet itu kredibel. Namun pihaknya tidak ingin mengambil risiko dan terus mengamankan area Capitol dengan ketat.
Dalam beberapa pekan terakhir, otoritas Capitol mengaku telah mendesain rencana antisipasi jika peristiwa seperti yang terjadi pada awal Januari lalu kembali terulang.
Baca: Kesaksian Para Polisi Saat Ditugaskan Halau Perusuh Gedung Capitol
Pada 6 Januari 2021, sekelompok orang menyerbu Gedung Capitol dalam upaya menghentikan anggota kongres dalam mensertifikasi hasil pemilu 2020. Massa berdatangan usai Donald Trump mengklaim adanya kecurangan dalam pemilu, di mana dirinya kalah dari Joe Biden.
Para pendukung Trump mendatangi area Capitol, dan beberapa dari mereka bahkan masuk ke dalam gedung. Usai kerusuhan, ratusan orang yang mengikuti acara tersebut ditangkap dan dijebloskan ke penjara.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News