"Keputusan memulai perang (oleh Azerbaijan) dimotivasi dukungan penuh dari Turki," sambungnya, dikutip dari laman TASS pada Rabu, 7 Oktober 2020.
PM Pashinyan juga menekankan bahwa elemen-elemen radikal dari Suriah telah dikerahkan ke Nagnorno-Karabakh via Turki. Karena hal itu, ia menilai pertempuran di Nagorno-Karabakh sebaiknya dipandang sebagai "perang melawan terorisme."
berbicara kepada awak media di sela-sela konferensi tingkat tinggi Uni Eropa pada 2 Oktober, Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan adanya lebih dari 300 militan asal Suriah yang tiba di Nagorno-Karabakh via kota Gaziantep, Turki. Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev membantah laporan tersebut dan meminta Prancis meminta maaf.
Minggu kemarin, Armenia meminta Pengadilan Hak Asasi Manusia Eropa untuk mengambil langkah-langkah tegas terhadap Turki atas bantuan militernya terhadap pasukan Azerbaijan dalam konflik di Nagorno-Karabakh. Pihak pengadilan kemudian menyerukan Ankara untuk menghormati hak-hak populasi sipil di zona konflik tersebut.
Baca: PM Armenia Tuduh Turki Berupaya Lakukan Genosida Baru
Pertempuran terbaru antara pasukan Azerbaijan dan Armenia di Nagorno-Karabakh meletus pada 27 September. Aksi baku tembak pernah terjadi di zona tersebut pada musim panas 2014, April 2016, dan Juli lalu.
Azerbaijan dan Armenia sama-sama telah memberlakukan hukum darurat militer dan meluncurkan mobilisasi pasukan. Kedua kubu telah melaporkan korban jiwa, sebagian dari mereka berasal dari warga sipil.
Konflik antara Armenia dan Azerbaijan atas Nagorno-Karabakh meletus pada Februari 1988, setelah Kawasan Otonom Nagorno-Karabakh mengumumkan pengunduran dirinya dari Republik Sosialis Soviet Azerbaijan.
Pada 1992-1994, ketegangan memuncak dan meledak menjadi aksi militer berskala penuh dalam memperebutkan Nagorno-Karabakh. Diskusi damai mengenai Nagorno-Karabakh telah dimulai sejak 1992 di bawah Minsk Group dari Organisasi Keamanan dan Kerja Sama Eropa (OSCE) yang dipimpin tiga negara, yakni Rusia, Prancis, dan Amerika Serikat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News