Pasukan penjaga perdamaian Rusia berpatroli di Nagorno-Karabakh. (AFP)
Pasukan penjaga perdamaian Rusia berpatroli di Nagorno-Karabakh. (AFP)

Armenia Klaim Pelanggaran Gencatan Senjata di Nagorno-Karabakh

Willy Haryono • 14 Desember 2020 08:00
Yerevan: Armenia mengklaim gencatan senjata yang mengakhiri konflik dengan Azerbaijan di wilayah Nagorno-Karabakh telah dilanggar. Kementerian Pertahanan Armenia dan Nagorno-Karabakh mengatakan, beberapa desa di Hin Tagher dan Khtsaberd di wilayah Hadrut telah diserang oleh pasukan Azerbaijan.
 
Kemenhan Armenia menyebut pelanggaran pertama terjadi pada Jumat malam dan berlanjut hingga Sabtu.
 
Artsakh Defence Army mengatakan bahwa tiga prajuritnya tewas dalam pelanggaran pada Jumat kemarin. Artsakh adalah sebutan Armenia untuk Nagorno-Karabakh.

Rusia, yang menjalankan operasi penjaga perdamaian di Nagorno-Karabakh, mengonfirmasi adanya pelanggaran gencatan senjata. Sementara Azerbaijan mengklaim Armenia telah memancing pertempuran di Hadrut.
 
"Pada 11 Desember, satu kasus pelanggaran gencatan senjata telah tercatat di Hadrut," kata Kemenhan Rusia kepada kantor berita Tass, Minggu 13 Desember 2020.
 
Baca:  Turki dan Rusia Sepakat Bangun Pusat Pemantau di Nagorno-Karabakh
 
Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan dan Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev telah menandatangani perjanjian gencatan senjata pada 9 November dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.
 
Perjanjian meliputi pengembalian wilayah pendudukan dan kehadiran pasukan penjaga perdamaian Rusia di Nagorno-Karabakh selama lima tahun.
 
Azerbaijan lebih diuntungkan dalam perjanjian ini, yang berujung pada parade kemenangan di Baku dan gelombang protes di ibu kota Armenia. Sebagian besar Hadrut direbut Azerbaijan dalam pertempuran, meski beberapa desa masih dikuasai etnis Armenia.
 
Lebih dari 5.000 orang, termasuk 144 warga sipil, meninggal dalam konflik Armenia dan Azerbaijan yang kembali meletus pada September lalu. Nagorno-Karabakh adalah wilayah yang diakui komunitas internasional sebagai bagian dari Azerbaijan, namun selama ini dikuasai etnis Armenia.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WIL)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan