Berdiri di samping Zelensky dalam konferensi pers di Gedung Putih, Biden berkata: "Saya tidak akan meninggalkan Ukraina, begitu pula rakyat Amerika."
Ia menegaskan bahwa jika membiarkan Ukraina kalah, maka itu artinya Presiden Rusia Vladimir Putin "dan calon agresor di mana pun di dunia ini akan menjadi lebih berani."
Zelensky, yang menghabiskan pagi harinya berbicara dengan Partai Republik dan Demokrat di Kongres AS, secara hati-hati mengisyaratkan optimisme bahwa aliran bantuan AS yang terhenti akan dimulai kembali.
"Saya mendapat sinyalnya. Itu lebih dari sekadar positif. Namun kami tahu bahwa kami harus memisahkan kata-kata dan hasil. Oleh karena itu, kami berharapkan adanya hasil tertentu," tutur Zelensky, seperti dikutip dari Hurriyet Daily.
Namun sikap bersatu di Gedung Putih kontras dengan perpecahan di Capitol Hill, di mana para pemimpin Republik bersikeras bahwa pembaruan bantuan untuk Ukraina akan bergantung pada persetujuan Demokrat terhadap reformasi imigrasi besar-besaran – dan bahkan mempertanyakan apakah perang melawan invasi Rusia harus dilanjutkan.
Ketika Moskow mengeklaim kemajuan baru di medan perang dan memperkirakan bantuan baru apa pun untuk Kyiv akan menjadi sebuah "kegagalan," Ketua DPR AS dari Partai Republik Mike Johnson menyatakan sedikit antusiasme untuk menyetujui permintaan bantuan baru Biden sebesar USD60 miliar.
"Apa yang tampaknya diminta pemerintahan Biden adalah miliaran dolar tambahan tanpa pengawasan yang tepat, tidak ada strategi yang jelas untuk menang, dan tidak ada jawaban yang menurut saya harus diberikan kepada rakyat Amerika," sebut Johnson kepada wartawan setelah bertemu Zelensky.
Senator Partai Republik JD Vance – yang dekat dengan pemimpin partai dan kemungkinan calon presiden tahun 2024, Donald Trump – mengatakan di media sosial bahwa Zelensky "menjijikkan" karena terus menekan Senat.
Baca juga: Rusia Akan Gelar Pemilu Presiden di 4 Wilayah Pendudukan Ukraina
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News