Yayasan Geneva Call menjadi tuan rumah konferensi isu Afghanistan secara tertutup dari Senin hingga Jumat mendatang di Jenewa, dengan tujuan meningkatkan pengiriman bantuan kemanusiaan ke negara tersebut.
"Negara (Afghanistan) sedang menghadapi keadaan darurat yang rumit karena konflik bersenjata, Covid-19, dan cuaca ekstrem," kata yayasan itu, dilansir dari TRT World, Rabu, 9 Februari 2022.
"Saat ini, 23 juta rakyat Afghanistan rentan kekurangan gizi dan 97 persen penduduk hidup di bawah garis kemiskinan," sambung mereka.
Geneva Call mengundang Taliban ke konferensi "untuk mendiskusikan status bantuan kemanusiaan, perlindungan masyarakat sipil, penghormatan tenaga kesehatan, dan masalah ranjau darat serta bahan-bahan peledak sisa perang."
Baca: Badan Amal Inggris Serukan Donasi Musim Dingin untuk Afghanistan
Perwakilan Taliban nantinya akan delegasi Swiss dan negara Eropa lainnya dan juga Palang Merah. Kementerian Luar Negeri Swiss mengatakan, penerimaan kedatangan Taliban bukan berarti negaranya mengakui status kepemimpinan kelompok tersebut di Afghanistan.
Taliban mengambil alih kekuasaan di Afghanistan pada pertengahan Agustus 2021. Tak lama kemudian, Taliban mendeklarasikan negara Emirat Islam Afghanistan (Islamic Emirate of Afghanistan/IEA).
Sejak saat itu, Afghanistan mengalami kekacauan finansial, dengan lonjakan tingkat inflasi dan pengangguran. Di samping itu, penghentian pengiriman bantuan internasional juga memicu krisis kemanusiaan di Afghanistan, negara yang sudah mengalami banyak kehancuran akibat perang selama berdekade-dekade.
Bulan lalu, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengaku membutuhkan dana senilai $5 miliar (sekitar 71,8 rupiah) untuk membantu Afghanistan di tahun 2022 demi mencegah terjadinya isu kemanusiaan serta memberikan masa depan cerah bagi negara tersebut. (Kaylina Ivani)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News