Aksi unjuk rasa besar-besaran dalam menuntut gencatan senjata Gaza terjadi di berbagai negara, termasuk Amerika Serikat (AS), Inggris, dan Jerman, sejak akhir pekan kemarin.
Mengutip dari BHK World, para demonstran di Washington menggelar aksi dengan teriakan yel-yel menuntut kebebasan bagi warga Palestina dan meminta penghentian blokade terhadap Gaza.
Sementara di London, ribuan orang memenuhi jalanan pusat kota untuk menuntut diakhirinya apa yang mereka sebut sebagai "genosida" di Gaza dan menyerukan "Palestina yang merdeka."
Perang di Gaza dimulai pada 7 Oktober 2023 ketika pejuang Hamas melancarkan serangan lintas batas ke Israel, yang mengakibatkan kematian 1.200 orang dan membuat sejumlah lainnya disandera.
Menurut pejabat kesehatan di Gaza, jumlah korban tewas serangan Israel di wilayah terkepung tersebut telah melampaui 41.000 orang, dengan para penyintas menghadapi krisis kemanusiaan yang serius.
Selain dengan Hamas, militer Israel juga terlibat baku tembak dengan kelompok Hizbullah asal Lebanon. Seorang juru bicara militer Israel mengonfirmasi bahwa mereka telah menewaskan 440 pejuang Hizbullah dan menghancurkan 2.000 target kelompok tersebut dalam operasi darat di Lebanon selatan.
"Perang yang terjadi setelah serangan mengerikan satu tahun lalu terus menghancurkan kehidupan dan menimbulkan penderitaan manusia yang mendalam bagi warga Palestina di Gaza, dan sekarang warga Lebanon." kata Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres, yang juga menyerukan gencatan senjata dan pembebasan para sandera.
Guterres menekankan bahwa sudah saatnya menghentikan penderitaan dan memulai jalan menuju perdamaian serta keadilan.
"Sudah saatnya pembebasan para sandera. Sudah saatnya senjata dibungkam. Sudah saatnya menghentikan penderitaan yang telah melanda wilayah ini. Sudah saatnya perdamaian, hukum internasional, dan keadilan,” pungkas Guterres. (Angel Rinella)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News