Dikutip dari 9news pada Rabu, 21 September 2022, referendum bergabung dengan Rusia dijadwalkan berlangsung Jumat mendatang di Luhansk, Kherson dan sebagian Zaporizhzhia serta Donetsk.
Mantan presiden Dmitry Medvedev, yang menjabat deputi kepala Dewan Keamanan Rusia, mengatakan bahwa referendum di empat wilayah tersebut dapat membuat garis perbatasan menjadi sesuatu yang "tak bisa diubah lagi" nantinya.
Jika empat wilayah itu pada akhirnya memilih bergabung, lanjut Medvedev, maka Rusia akan menggunakan "segala cara" untuk membela keempatnya jika sewaktu-waktu terjadi serangan.
Sementara itu di Kyiv, ibu kota Ukraina, Menteri Luar Negeri Dmytro Kuleba mengecam referendum tersebut sebagai sesuatu yang ilegal.
Meski berbentuk referendum, warga di keempat wilayah itu kemungkinan besar akan memilih bergabung dengan Rusia alih-alih tetap bersama Ukraina. Namun jika itu terjadi, negara-negara Barat hampir dapat dipastikan tidak akan mengakuinya.
Di Donetsk, salah satu bagian dari kawasan Donbas, pemimpin separatis Denis Pushilin mengatakan bahwa referendum pekan ini akan "memulihkan keadilan historis" untuk "masyarakat yang sudah lama menderita" di wilayahnya.
"Mereka berhak menjadi bagian dari sebuah negara besar, yang selama ini mereka anggap sebagai tanah air mereka," ujar Pushilin, merujuk pada Rusia.
Sedang di sebagian wilayah Zaporizhzhia yang diduduki Rusia, aktivis pro-Moskow Vladimir Rogov berkata: "Semakin cepat kami menjadi bagian dari Rusia, semakin cepat perdamaian itu akan datang."
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News