Selisih tipis ini menunjukkan betapa sukarnya mengubah opini publik yang sudah terlanjur negatif terhadap minyak kelapa sawit (palm oil) di Swiss dan Eropa umumnya. Namun demikian pihak dunia usaha, Pemerintah Swiss dan pendukung lainnya memetik hasilnya setelah perjuangan berat selama berbulan-bulan berkampanye.
Baca: Swiss Izinkan Kelapa Sawit Indonesia Masuk ke Pasarnya
Wilayah atau kanton yang paling banyak memiliki pendukung IE CEPA adalah wilayah yang berbahasa Jerman dan Italia. Hal ini karena sebagian besar sentra industri Swiss berada di wilayah ini. Seperti diketahui dunia usaha dan sektor industri adalah pendukung IE CEPA. Sedangkan wilayah penentang adalah yang berbahasa Prancis, di mana sebagian besar penduduk bergantung pada hasil pertanian.
Dalam konferensi pers pengumuman hasil referendum, Presiden Swiss Guy Parmelin menyatakan bahwa ini adalah pertama kalinya bagi Swiss untuk memiliki kerjasama ekonomi terpadu yang memiliki komitment terhadap aspek sustainability. Swiss menganggap telah mencapai kemajuan besar telah memasukan isu lingkungan dalam perjanjian bilateral.
Duta Besar RI Muliaman Hadad menyatakan bahwa ini adalah awal dari sebuah perjalanan untuk memanfaatkan kesempatan besar dalam IE-CEPA. "Kita harus dapat memanfaatkan perjanjian semaksimal mungkin untuk kepentingan nasional," ujar Dubes Muliaman, dalam keterangan tertulis kepada Medcom.id.
Masuknya isu keberlanjutan dalam IE CEPA ini akan mendorong kemajuan penerapan aspek berkelanjutan di Indonesia, khususnya untuk minyak sawit.
"Aspek sustainability harus menjadi perhatian dalam mengembangkan industri pertanian dan sektor lainnya guna menjaga kepercayaan publik internasional akan komitmen Indonesia di sektor ini," tambah Dubes Muliaman.
Swiss mengimpor hanya 19 ribu ton minyak sawit tahun 2020, sebagian besar berasal dari Pantai Gading, Malaysia dan Kepulauan Solomon. Indonesia hanya mengekspor 124 ton minyak sawit ke Swiss pada tahun 2020.
Dalam IE-CEPA, Indonesia mendapat kuota untuk mengekspor 10 ribu ton minyak sawit ke Swiss dan quota tersebut akan meningkat pada setiap tahunnya. Swiss menyatakan akan membantu penguatan standar minyak sawit berkelanjutan Indonesia (ISPO), karena setelah IE CEPA berlaku, maka minyak sawit yang bersertifikasi berkelanjutan yang bisa masuk pasar Swiss.
Dubes Muliaman menyatakan bahwa kemenangan IE-CEPA akan membawa dampak positif pada perjuangan minyak sawit Indonesia di wilayah lain, terutama Uni Eropa. Hasil referendum di Swiss ini akan memengaruhi opini publik Eropa mengenai minyak sawit Indonesia.
"Citra baru untuk minyak sawit Indonesia yang berkelanjutan harus dapat kita manfaatkan untuk menunjukkan berbagai perbaikan yang dilakukan dalam standar minyak sawit berkelanjutan di Indonesia," papar Dubes Muliaman.
"Apa yang terjadi di Swiss hari ini dapat memberikan dampak positif dalam proses perundingan CEPA Indonesia dengan pihak lain," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News