Dikutip dari Sky News, Minggu 31 Mei 2020, aksi protes diwarnai teriakan "saya tidak bisa bernapas," yang merupakan kata-kata terakhir Floyd saat lehernya ditindih seorang polisi di Minneapolis pada Senin 25 Mei.
Gelombang unjuk rasa di Minneapolis berubah menjadi aksi perusakan, pembakaran, dan penjarahan. Sedikitnya dua orang tewas terkait rangkaian aksi protes di lebih dari 30 kota di AS.
Gubernur beberapa negara bagian telah memanggil Garda Nasional, usai Presiden Donald Trump mendorong mereka untuk menerapkan taktik yang lebih tegas terhadap demonstran.
Aturan jam malam diberlakukan di beberapa kota, termasuk Minneapolis, St. Paul, Atlanta, Los Angeles, Philadelphia, dan Denver. Namun para demonstran mengabaikan aturan tersebut dan terus berunjuk rasa hingga malam hari.
Di Washington DC, ratusan pedemo berkumpul di dekat gedung Kementerian Hukum AS dan kemudian bergerak menuju Gedung Putih. Di sana, mereka berhadapan dengan sekelompok polisi antihuru-hara, yang beberapa di antaranya menunggangi kuda.
Lewat Twitter, Trump mengancam akan melepaskan "anjing-anjing paling buas dan senjata kuat" jika para demonstran berani menerobos pagar Gedung Putih.
Ia juga bertekad tidak akan membiarkan "para kriminal saya kiri, preman, dan lainnya" merusak kehidupan masyarakat. Berbicara di Florida usai menyaksikan peluncuran roket SpaceX, Trump berkata: "Saya tidak akan membiarkan massa mendominasi. Tidak akan terjadi."
Garda Nasional Minnesota diaktifkan dalam skala penuh untuk kali pertama sejak Perang Dunia II. Hal itu dilakukan usai Minneapolis dilanda aksi perusakan, pembakaran, dan penjarahan dalam beberapa malam terakhir.
Floyd meninggal usai lehernya ditindih polisi bernama Derek Chauvin. Chauvin dan tiga rekannya telah dipecat dari jajaran Kepolisian Minneapolis, satu hari usai video Floyd muncul.
Chauvin juga telah dijerat satu pasal pembunuhan tingkat tiga dan satu pasal kelalaian berujung kematian. Sementara tiga rekannya masih dalam proses penyelidikan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News