Dilansir dari The Straits Times, Jumat, 22 Oktober 2021, Perjanjian Paris 2015 sebelumnya, terkait perubahan iklim yang dibuat pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT COP21) menyerukan, pembatasan pemanasan global di bawah dua derajat Celcius diatas tingkat pra-industri dan idealnya lebih dekat ke 1,5 derajat Celcius.
Namun, saat ini, PBB disebut menunjukkan pemanasan bencana sebesar 2,7 derajat Celcius, “Indikasi saat ini menunjukkan jalur pemanasan setidaknya 2,7 derajat Celcius diatas tingkat pra-industri, dan itu jelas merupakan tiket satu arah untuk bencana,” kata Guterres.
Guterres mengatakan, kepada seorang anggota proyek internasional Covering Climate Now, polusi karbon dari segelintir negara telah membuat umat manusia bertekuk lutut, dan mereka memikul tanggung jawab terbesar.
“Saya harap, kami masih tepat waktu untuk menghindari kegagalan di Glasgow, tetapi waktu semakin singkat, dan segalanya menjadi lebih sulit dan itulah mengapa saya sangat, sangat khawatir. Saya khawatir hal-hal akan salah,” ujar Guterres.
Sekjen PBB ini pun mengatakan, para pemimpin G-20 akan melangsungkan pertemuan di Roma, Italia. Mereka disebut mengetahui ekonomi mereka bertanggung jawab atas empat perlima polusi karbon planet, “Jika mereka tidak berdiri, kita menuju penderitaan manusia yang mengerikan.”
“Tiongkok dan Amerika Serikat (AS) harus melakukan lebih dari apa yang telah mereka umumkan sejauh ini,” tegas Guterres.
KTT PBB terkait perubahan iklim ini akan diadakan mulai 31 Oktober hingga 12 November mendatang. Kehadiran sejumlah pemimpin negara dipandang sebagai langkah penting dalam menetapkan target emisi di seluruh dunia untuk memperlambat pemanasan global. (Nadia Ayu Soraya)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News