Myanmar berada dalam kekacauan sejak tentara mengambil alih kekuasaan pada 1 Februari dan menggulingkan pemerintah terpilih Aung San Suu Kyi.
Baca: Junta Myanmar Bebaskan Pedemo Antikudeta yang Dipenjara.
"Kami mengulangi seruan kami untuk segera membebaskan semua orang yang ditahan secara sewenang-wenang, dan itu termasuk Presiden Win Myint dan anggota dewan negara bagian Aung San Suu Kyi," kata Eri Kaneko, Juru Bicara untuk Sekjen Guterres, seperti dikutip Channel News Asia, Jumat 2 Juli 2021.
Banyak penentang militer telah ditahan, beberapa dihukum, di bawah undang-undang yang mengkriminalisasi komentar yang dapat menyebabkan ketakutan atau menyebarkan berita palsu. Aung San Suu Kyi diadili untuk pelanggaran serupa, antara lain, dan tetap dalam tahanan.
"Kami tetap sangat prihatin atas berlanjutnya kekerasan dan intimidasi, termasuk penangkapan sewenang-wenang, oleh aparat keamanan," kata Kaneko.
Pihak berwenang Myanmar membebaskan lebih dari 2.000 pengunjuk rasa antikudeta dari penjara di seluruh negeri pada Rabu 30 Juni 2021. Salah satu yang dibebaskan termasuk wartawan lokal yang dipenjara setelah melaporkan secara kritis tindakan keras berdarah junta.
Myanmar telah diguncang oleh protes besar-besaran dan tanggapan militer brutal sejak kudeta Februari yang menggulingkan Aung San Suu Kyi dan pemerintahannya.
Sementara pembebasan itu akan disambut oleh individu dan keluarga yang bersatu kembali. “Pembebasan itu tidak akan melakukan apa pun untuk menumpulkan perlawanan rakyat terhadap kekuasaan militer,” Richard Horsey, penasihat senior Myanmar untuk International Crisis Group, mengatakan kepada AFP.
"Mereka seharusnya tidak pernah ditahan. Kita juga harus ingat bahwa beberapa dari orang-orang ini telah menghadapi interogasi dan penyiksaan brutal yang akan meninggalkan kerusakan abadi, terlihat dan tidak terlihat,” tegasnya.
Pada Februari, pemerintah militer membebaskan sekitar 23.000 tahanan, dengan beberapa kelompok hak asasi pada saat itu khawatir langkah itu akan membebaskan ruang bagi penentang militer serta menyebabkan kekacauan di masyarakat.
Pemimpin terguling Aung San Suu Kyi, yang berada dalam tahanan rumah sejak kudeta. Melalui pengacaranya, Suu Kyi meminta rakyat Myanmar untuk tetap "bersatu" dalam menghadapi kekuasaan militer.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News