Rencana evakuasi melibatkan sekitar 50 ribu warga Afghanistan, yang selama ini bekerja membantu AS sebagai penerjemah maupun interpreter. Nantinya, para warga tersebut akan dipindahkan ke negara lain.
Selama ini, warga Afghanistan yang bekerja untuk militer AS khawatir akan mendapat balasan dari kelompok militan Taliban setelah semua pasukan Negeri Paman Sam sudah tidak ada lagi.
Sekitar 18 ribu warga Afghanistan telah mengajukan visa AS, namun sebagian besar dari mereka belum menerimanya karena proses yang relatif panjang. Rencananya mereka yang telah mengajukan visa ini akan dipindahkan terlebih dahulu ke negara lain agar prosesnya dapat dilanjutkan dengan aman.
Baca: Pasukan AS Ditarik, Taliban Kuasai Distrik Penting di Afghanistan
"Mereka yang telah membantu kami tidak akan ditinggalkan begitu saja. Mereka dipersilakan datang ke sini seperti mereka yang telah mempertaruhkan nyawa demi membantu kami," ujar Presiden AS Joe Biden di Gedung Putih, dilansir dari laman BBC pada Jumat, 25 Juni 2021.
Mike McCaul, politikus Partai Republik di Kongres AS, mengatakan bahwa sekitar 9.000 interpreter Afghanistan telah mengajukan Visa Imigrasi Khusus (SIVs). Mereka semua, lanjut McCaul, akan dilibatkan dalam program evakuasi pemerintah AS. Keluarga mereka juga termasuk dalam program evakuasi.
"Mungkin jumlah totalnya ada 50 ribu," ucap dia.
Juru bicara Pentagon John Kirby mengonfirmasi bahwa rencana evakuasi sedang berjalan. "Kami menangani isu ini dengan serius. Kami memiliki kewajiban untuk melindungi mereka semua. Rencana sedang berjalan, dan berbagai opsi masih terbuka," ungkapnya.
April lalu, Biden mengumumkan bahwa semua pasukan AS sudah ditarik sepenuhnya dari Afghanistan pada 11 September mendatang. "Sudah saatnya mengakhiri perang terpanjang Amerika," ujar Biden kala itu.
Saat ini setidaknya ada 2.500 personel militer AS di Afghanistan, yang merupakan bagian dari 9.600 prajurit gabungan misi NATO.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News